Biodata

Foto saya
Lifestyle of Medan's People, Do You Want to Beat it...???

16 September 2011

Intisari Khutbah Jum’at Hari Ini

Tawakkal dan Ikhtiar

Bila kita perhatikan, banyak ayat Al-Qur’an yang membicarakan atau menyinggung risalah Tawakkal. Dalam kisah-kisah sejarah Islam juga kita temui begitu banyak kejadian penting yang mengajarkan kepada kita tentang makna dan pemahaman tawakkal secara komprehensif. Kendati demikian, di kehidupan sekarang pun masih ada saja kita temui orang-orang yang memahami tawakkal secara sempit.
Adalah salah mana kala kita mengartikan tawakkal sebagai sebuah kepasrahan kepada ALLAH SWT secara sempit tanpa adanya ikhtiar atau usaha sebelumnya. Tawakkal adalah sebuah penyerahan diri atas sebuah atau berbagai macam tujuan yang hendak kita capai dengan terlebih dahulu diawali dengan usaha dan upaya. Setelah usaha dan upaya kita jalani, barulah kita serahkan akhir atau finishing dari niatan kita tersebut kepada ALLAH SWT. Itulah makna tawakkal yang sesungguhnya.
Suatu ketika ada seorang lelaki yang menunggang unta dan menemui RasuluLLah SAW di masjid. Ketika bertemu di dalam masjid, RasuluLLah SAW bertanya kepada lelaki tersebut, “Di manakah untamu kau tinggalkan?”. Lelaki tersebut menjawab, “Kutinggalkan untaku di luar masjid sembari bertawakkal kepada ALLAH SWT”.
Lalu RasuluLLah SAW bertanya kembali kepada lelaki tersebut, “Apakah engkau tidak menambatkan untamu pada salah satu sisi masjid ini?”. Lelaki tersebut menjawab, “Ya, benar. Aku tidak menambatkannya karena aku telah bertawakkal kepada ALLAH SWT”.
Kemudian RasuluLLah SAW berkata kepada lelaki tersebut, “Bertawakkal itu adalah kau datang ke masjid ini, lalu kau tambatkan untamu pada salah satu sisi masjid ini, setelah itu barulah kau bertawakkal kepada ALLAH SWT”.
Di kisah yang lain, sahabat Umar Bin Khattab sewaktu menjabat sebagai ‘Amirul Mukminin pernah melewati masjid di siang hari dan menemukan beberapa orang lelaki yang tidur-tiduran di dalam masjid tersebut. Lalu Umar r.a. mendatangi para lelaki tersebut dan bertanya, “Siapakah kalian dan apa yang kalian kerjakan di siang hari seperti ini di sini?”.
Salah seorang dari lelaki itu menjawab, “Kami adalah suatu kaum yang senantiasa bertawakkal kepada ALLAH SWT”.
Mendengar jawaban lelaki tersebut, Umar sangat marah dan berkata dengan sedikit kasar, “Bohong. Bohong. Bohong kalian semua! Tawakkal kepada ALLAH SWT adalah kalian bekerja dan berusaha mencukupi kebutuhan kalian dan anak-istri kalian, lalu kalian bertawakkal kepada ALLAH SWT. Lalu kemudian dengan geram Umar r.a. mencabut pedangnya seraya berkata kepada para lelaki yang ada di situ, “Demi Zat yang jiwa Umar ada di genggaman-Nya, akan kupenggal kepala kalian apabila kalian tetap berdiam di sini dengan alas an tawakkal…!!!”. Lalu spontan para lelaki itu lari tunggang langgang tanpa mengetahui bahwa sebeneranya yang baru saja mengancam mereka itu adalah ‘Amirul Mukminin mereka sendiri.
Saudara sekalian, cukup jelas bagi kita bahwa bertawakkal adalah sebuah penyerahan diri kepada ALLAH SWT atas segala usaha dan upaya yang telah kita lakukan demi suatu tujuan atau kebutuhan yang kita harapkan. Tanpa adanya ikhtiar maka ketawakkalan adalah sebuah kehampaan belaka. Dan tawakkal tiada sempurna melainkan disempurnakan dengan ikhtiar yang benar.
Semoga bermanfaat.
waLLahu a’lam bish-showab