Biodata

Foto saya
Lifestyle of Medan's People, Do You Want to Beat it...???

31 Agustus 2009

Sa’ad bin Abi Waqqash; Sosok Pemanah Pertama di Jalan Allah Nun Berjiwa Tegar

Beliau adalah sahabat yang agung, sa’ad bin Abi Waqqash –semoga Allah meridloinya- salah seorang yang pertama masuk Islam dan salah seorang calon penghuni surga dari sepuluh orang yang diberikan kabar gembira oleh Rasulullah saw sebagai calon penghuni surga tanpa dihisab.

Pada saat umurnya menginjak 17 tahun, dalam tidurnya beliau bermimpi tenggelam dilautan yang gelap gulita dan saat ia terhempas di dalamnya beliau melihat bulan; kemudian dia mengikutinya, dan sebelum dia ada tiga orang yang mendahuluinya, yaitu Zaid bin Haritsah, Ali bin abi Thalib dan Abu Bakar Ash-Shidiq, dan ketika matahari telah terbit beliau mendengar bahwa Rasulullah saw menyeru kepada agama baru; dan beliau menyadari bahwa yang dimaksud dengan sinar bulan seperti yang dilihat dalam mimpinya adalah nabi saw; beliaupun segera pergi menemui Rasulullah saw; dan ikut dengan para pendahulu yang telah masuk Islam.

Ketegaran beliau tampak saat ibunya secara kontinyu ingin menghalangi beliau dari jalan Iman, namun usahanya selalu gagal dihadapan hati yang telah terpatri dengan iman, ibunya melarang dirinya untuk makan dan minum, dan menolak pemberian makanan darinya hingga anaknya mau kembali kepada agamanya, namun dengan tegas beliau berkata kepada ibunya : “Wahai ibuku, sesungguhnya saya mencintaimu, namun cinta saya kepada Allah dan Rasul-Nya lebih aku cintai dari yang lainnya”.

Dan saat ibunya mendekati ajal akibat keengganannya untuk makan dan minum, para tetangga beliau memerintahkan sa’ad untuk menengok ibunya dan melunak hatinya hingga mau kemabli kepada agamanya semula, namun sa’ad tetap berkata kepadanya : “Wahai ibuku, ketahuilah demi Allah sekiranya engkau memiliki seratus nyawa dan keluar satu demi satu, saya tetap tidak akan goyah dari agamaku, jika engaku berkehendak maka makanlah, jika tidak mau makan maka terserah engkau, dan saat ibunya melihat akan keteguhan anaknya sehingga tidak mau kembali kepada agamanya; dia menarik kembali azamnya, kemudian mau makan dan minum; dan saat itu pula turun wahyu memberikan keberkahan terhadap apa yang telah dilakukan oleh sa’ad, Allah SWT berfirman : “Jika orang tuamu memaksa kamu untuk berbuat menyekutukan Saya (Allah) sedang kamu tidak ada pengetahun dengannya maka janganlah engkau taati dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik”. (QS. Luqman : 15)

Sa’ad selalu menemani Rasulullah saw di Mekkah sampai Allah mengizinkan kaum Muslimin untuk hijrah ke Madinah Al-Munawwarah, dan ketika kaum muslimin melakukan hijrah, beliau tetap berada disisi Rasulullah saw dalam memerangi orang-orang musyrik, dan mendapatkan kemuliaan jihad di jalan Allah, dan beliau menganggap bahwa dirinya orang yang pertama menggunakan panah di jalan Allah dan orang yang pertama menumpahkan darah orang-orang kafir.

Ketika Rasulullah saw mengutus gerilyawan yang didalamnya ada Sa’ad bin Abi waqqash ke suatu tempat yang bernama Sabig salah satu negeri di Hijaz, yang terletak disamping kota Jahfah, maka orang-orang msuyrik menyerang kaum muslimin, sedang Sa’ad saat itu menggunakan panah sebagai senjata, dan pada saat itulah pertama kali terjadinya perang dalam Islam.

Pada saat terjadinya perang Uhud, Sa’ad berdiri membentengi Rasulullah saw dan memerangi orang-orang musyrik, lalu beliau melemparkan panahnya hingga Rasulullah saw melihatnya, beliau mendoakannya dan memberikan kabar gembira, beliau bersabda : “Wahai Sa’ad, lepaskanlah panahmu taruhannya adalah ibuku dan bapakku”. (Muttafaqun alaih), setelah itu Sa’ad berkata : “Tidak pernah saya mendengar Rasulullah saw menggabungkan kedua orang tuanya setelah itu”. Sedangkan putri Sa’ad ‘Aisyah binti Sa’ad merasa bangga dan gembira, dan dia berkata : “saya adalah anak seorang yang hijrah yang Rasulullah saw memberikan taruhan pada kedua orang tuanya saat perang Uhud”.

Suatu hari Sa’ad menderita sakit, lalu Rasulullah saw datang untuk menjenguknya dan menghiburnya, maka Sa’ad pun bertanya-tanya sambil berkata : “Sungguh telah sampai pada saya penyakit, dan saya memiliki banyak harta sedang tidak ada yang mewariskannya kecuali putri saya, apakah saya boleh mensedekahkannya dua pertiga dari harta saya ? Nabi saw menjawab : “Jangan”, Sa’ad berkata lagi : “atau setengahnya”, Nabi menjawab : “Jangan”, kemudian beliau bersabda : “sepertiga saja, karena seperti sudah dianggap banyak, sesungguhnya engkau meninggalkan anakmu dalam keadaan berkecukupan lebih baik daripada engkau meninggalkannya dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada manusia, dan tidaklah engkau menginfakkan hartamu dengan mengharap Ridlo Allah kecuali akan diberikan ganjaran, walaupun sesuatu yang engkau letakkan dimulut istri kamu”. (Muttafaqun ‘alaih), hingga pada akhirnya Sa’ad dikarunia anak yang banyak, diantaranya adalah Ibrahim, ‘Amir, Umar, Muhammad dan Aisyah.

Rasulullah saw sangat cinta kepada Sa’ad, dari Jabir diriwayatkan, dia berkata : “Saat kami bersama Rasulullah saw, ketika itu datang Sa’ad, maka Rasulullah saw bersabda : “Ini adalah pamanku, maka lihatlah seseorang dari pamanku”. (At-Turmudzi, At-Thabrani dan Ibnu Sa’ad).

Sa’ad seorang sahabat yang doanya diijabah (dikabulkan) oleh Allah, dan Nabi pernah mendoakannya, beliau bersabda : “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa kepada-Mu”. ((At-Turmudzi).

Saat Umar menjabat sebagai Khalifah, Sa’ad ditugaskan menjadi gubernur di Kuffah, dan Umar selalu memantau anak buahnya dan mencari tahu keadaan para pejabatnya, suatu hari Umar datang ke Kuffah guna meneliti pengaduan penduduk Kuffah bahwa Sa’ad saat menjadi Imam bacaannya panjang sekali, namun saat umat berjalan menelusuri masjid dan bertanya kepada penduduk sekeliling tidak ada yang mengatakan tentang Sa’ad kecuali yang baik saja, kecuali satu orang diantara mereka yang mengatakan berbeda, maka apa-apa yang telah di tuduhkan atas Sa’ad : bahwa beliau tidak adil dalam memutuskan suatu permasalahan dan tidak membagikan sesuatu dengan merata dan tidak pernah ikut dalam berperang, maka Sa’ad berdoa : “Ya Allah jika yang demikian adalah dusta, maka butakanlah matanya dan perpanjang umurnya, dan singkapkanlah fitnah yang telah disebarkannya, maka pada saat itu ada seorang laki-laki yang berjalan sambil menggenggam selimut lalu jatuhlah biji matanya, saat ditanyakan akan hal tersebut beliau berkata : “itulah orang tua yang suka memfitnah, yang telah tertimpa musibah dari doanya Sa’ad”.

Suatu hari Sa’ad mendengar seorang lelaki mencela Ali, Tolhah dan Az-Az-Zubair, kemudian beliau mencegahnya namun dia tidak mau mendengar dan tidak mau berhenti, maka Sa’ad berkata kepada orang itu : “jadi engkau mau saya doakan atasmu; orang itupun berkata : “apakah engkau mengancam saya, seakan-akan engkau seperti nabi; maka Sa’ad pun pergi, lalu berwudlu dan sholat dua raka’at kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan berdoa : “Ya Allah jika engkau melihat dan mengetahui bahwa orang tersebut telah mencaci kaum yang telah Engkau berikan kebaikan kepada mereka; dan sesungguhnya juga telah memurkai orang yang mencela mereka; maka berikanlah kepadanya nasehat dan pelajaran; maka setelah itu belum berjalan lama hingga akhirnya keluarlah seekor unta yang besar dari sebuah rumah dan menyerang orang yang telah mencela para sahabat; hingga akhirnya dia tertindih oleh unta dan pada akhirnya orang tersebut mati”.

Saat terjadi penyerangan atas Pasukan Persia diperbatasan negeri Islam, Umar mengirim tentara yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, hingga terjadilah perang Al-Qadisiah, dan pada saat itu kaum muslimin terkepung oleh Pasukan Persia dan sekutunya, sehingga banyak diantara mereka yang terbunuh termasuk salah seorang komandan mereka Rustum, adapun sisa dari pasukan dari Pasukan Persia merasa gentar kemudian mundur, dan kaum muslimin akhirnya mendapatkan kemenangan yang besar dalam perang Qadisiyah tersebut yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash. Dan bukan pada Saat itu saja Sa’ad menjadi komandan perang namun banyak peperangan lain yang beliau pimpin, seperti perang Mada’in; saat sekelompok pasukan berkuda berusaha menghadang dan menyerang kaum muslimin, dan Sa’ad menyadari bahwa saat itu pasukan Persia berada dalam posisi yang menguntungkan, maka dia memutuskan untuk menyerang mereka secara tiba-tiba, sedangkan pada saat itu sungai dajlah sedang meluap karena banjir, maka pada akhirnya kuda-kuda kaum muslimin diseberangkan disungai kemudian berjalan melalui jalan lain guna melakukan penyerangan, dan selanjutnya kaum musliminpun mendapatkan kemenangan yang besar.

Saat seorang Majusi Abu Lu’lu’ah berhasil menikam Umar bin Khattab, Umar memilih enam orang dari sahabat agar siap dipilih manjadi khalifah, dan beliau mengabarkan bahwa saat menjelang wafatnya, Rasulullah saw ridlo pada mereka, dan diantara enam orang yang terpilih adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, kemuidan Umar berkata : “Kalau saya boleh memutuskan/memilih salah seorang dari mereka untuk menjadi khalifah maka saya akan memilih Sa’ad”, dan beliau berkata kepada orang yang ada disekelilingnya : “jika Sa’ad terpilih maka itulah dia, dan jika yang terpilih selainnya maka mintalah bantuan kepada Sa’ad, maka ketika utsman terpilih, beliau menjadikannya sebagai pembantu dalam setiap perkaranya.

Saat terjadi fitnah diakhir kekhalifahan Ali –semoga Allah meridloinya-, Sa’ad menjauh darinya; mengisolir dirinya, dan beliau memerintahkan kepada keluarganya dan anak-anaknya jangan memberikan kabar tentang keberadaannya.

Dan saat anaknya Amir datang kepadanya dan memintanya untuk ikut serta dalam memerangi orang-orang yang memerangi mereka, dan khilafah juga memintanya, Sa’ad berkata dengan lemah lembut kepada anaknya : “Wahai anakku, apakah dalam fitnah ini menyeret saya untuk menjadi gembongnya ? demi Allah tidak sama sekali sehingga saya sudi mengangkat pedang, jika saya membunuh orang muslim maka dia tidak akan merasa sakit, namun jika saya memukul orang kafir maka saya telah membunuhnya, dan saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : “sesungguhnya Allah mencintai hamba yang kaya, tidak terkenal (tawadlu) dan bertakwa”. (Ahmad dan Muslim).

Pada tahun 55 Hijriyah Sa’ad mewasiatkan kapada keluarganya untuk mengkafaninya dengan kain yang lusuh yang beliau miliki, dan tidaklah ada baju yang beliau miliki yang memiliki kemuliaan begitu tinggi dari seluruh penghuni yang ada di dunia ini, dia berkata kepada mereka : “sungguh saya berperang melawan orang-orang musyrik, dalam perang Badar menggunakan baju ini, dan pada hari ini saya menyimpannya”.

Beliau wafat di desa Aqiq, kemudian jenazahnya diusung dengan unta ke Madinah, dan dikebumikan disana sebagai sahabat terakhir yang meninggal dari 10 orang yang dijamin masuk surga tanpa hisab, dan sahabat yang terakhir meninggal dari para Muhajirin.

sumber : www.al-ikhwan.net

29 Agustus 2009

Hamzah bin Abdul Mutthalib; Penghulu Para Syuhada

Beliau bernama Hamzah bin Abdul Mutthalib –semoga Allah meridhainya-, salah seorang paman Rasulullah saw dan saudara sesusuan, lahir dua tahun lebih dahulu dari Rasulullah saw, keduanya diasuh dan disusui oleh Tsuaibah, seorang budak Abu Lahab, beliau dijuluki dengan Abu ‘Amarah, sebagaimana beliau juga teman dekat anak saudaranya, Muhammad saw sebelum dibangkitkan menjadi Rasul, karena beliau tumbuh selalu berama-sama dan dididik berdua.

Hamzah masuk Islam pada tahun kedua setelah Muhammad diangkat menjadi nabi, -dan dalam riwayat yang lain pada tahun keenam setelah Rasulullah saw masuk ke Darul Arqom-; saat itu Hamzah sedang melakukan perburuan, dan ketika Abu Jahal melewati Rasulullah saw dibukit Shofa, Abu Jahal menghinanya, mancacinya dan mencelanya, sedang Rasulullah saw hanya diam, tidak berkomentar dan melawannya, adapun seorang pembantu milik Abdullah bin Jad’an mendengar perkataan Abu Jahal, maka diapun menunggu hingga Hamzah kembali dari bepergiannya, dan ketika Hamzah memegang panah pembantu itu berkata : Wahai Abu ‘Amarah, sekiranya saja engkau melihat perlakuan yang menimpa saudaramu Muhammad dari Abu Al-hakam bin Hisyan (Abu Jahal), dicaci dan dihina dan kemudian pergi meninggalkannya sedang Muhammad diam tidak melawan!? mendengar hal tersebut Hamzah marah lalu pergi menuju Abu Jahal dan mendapatkannya berada dikemurumunan Quraisy, lalu beliaupun memukul kepalanya dengan panahnya hingga terluka parah, kemudian dia berkata : Apakah engkau mencelanya sedangkan saya berada dalam agamanya (padahal saat itu beliau belum memeluk Islam), saya berkata kepada apa yang diucapkan, maka kembali kepada saya jika kamu mampu ? maka saat itu pula kelompok dari Bani Mahzum (Kabilah Abu Jahal) bangkit ingin menghajar Hamzah, namun Abu Jahal mencegahnya dan berkata kepada mereka : Biarkan Abu ‘Amarah pergi, karena demi Allah saya telah mencaci anak saudaranya dengan cacian yang lebih hina. (Ibnu Sa’ad).

Ketika hari beranjak pagi, Hamzah pergi menuju Ka’bah dan bermunajat kepada Allah agar dilapangkan dadanya pada kebenaran; maka Allahpun mengabulkannya dan mengisi hatinya dengan cahaya keyakinan dan iman, lalu beliau pergi menghadap Rasulullah saw dan menyampaikan perkara yang terjadi pada dirinya, hingga Rasulullah saw merasa gembira dengan Islamnya Hamzah dan mendoakan kapadanya kebaikan.

Demikianlah Allah SWT memuliakan Hamzah dengan Islam, dan Islam kokoh olehnya, karena masuknya beliau kepada Islam merupakan kemenangan yang baru dan dukungan terhadap agama Allah dan Rasulullah saw, namun orang-orang musyrik tidak mendengar dan mengatahui akan Islamnya Hamzah kecuali mereka berkeyakinan akan kuatnya Da’wah Rasulullah saw, hingga mereka menghentikan penghinaan terhadapnya dan memulai dengannya dengan siasat baru, yaitu melalui diplomasi, hingga datang Utbah bin Rabi’ah kepada Rasulullah saw dan memberikan memberikan hadiah seperti yang diinginkan dari harta, kedudukan atau kepemimpinan.

Dalam hidupnya Hamzah selalu menjadi pendamping sekaligus pendukung dan pelindung Rasulullah saw hingga Allah mengizinkan kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah, maka Hamzahpun ikut berhijrah, disana Rasulullah saw mempersaudarakan Hamzah dengan Zaid bin Haritsah, Hamzah ikut dalam perang Badar bersama Nabi saw, dan pada awal berkecamuknya perang beliau menyerang salah seorang dari pasukan musyrikin yang biasa dipanggil dengan Al-Aswad bin Al-Aswad di dekat sumur miliki kaum muslimin, dan dia berkata : saya bersumpah kepada Allah saya akan minum air dari sumur mereka atau saya akan hancurkan atau saya akan mati karenanya, maka Hamzahpun menghadangnya dan memukul kakinya, lalu Al-Aswad berjalan merangkak menuju sumur dan diikuti oleh Hamzah hingga akhirnya terbunuh.

Dan ketika tampak tiga orang bersaudara dari kaum musyrikin yaitu ; Utbah bin Rabi’ah dan saudaranya Syaibah dan anaknya Al-Walid bin Utbah, hingga keluar kepada mereka seorang pemuda dari Anshor dan berseru : Wahai Muhammad… keluarkan kepada kami dari kaum kami orang-orang yang gagah. Maka Rasulullah saw berkata : keluarlah kalian wahai Ubaidah bin Al-Harits, Hamzah dan Ali! Maka Ubaidahpun berhadapan dengan Utbah, Ali dengan Al-Walid, dan Hamzah berhadapan dengan Syaibah, dan hal ini tidak disia-siakan oleh Hamzah kecuali dia berhasil membunuhnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Ali dengan seterunya Al-Walid, adapun Ubaidah keduanya sama-sama terluka, hingga Hamzah dan Ali menghunuskan pedang keduanya dan membunuh Utbah.

Pada hari itu Hamzah meletakkan dikepalanya sebuah bulu, hingga dia tampak gagah dan berperang dengan berani dan berhasil membunuh beberapa orang terkemuka dari orang-orang musyrik, setelah perang usai dan Umayah bin Khalaf termasuk dalam tawanan, dia bertanya : siapa yang memakai dan mengajarkan menggunakan ikat kepala dengan bulu ? mereka menjawab : dialah Hamzah. Dia berkata : dialah yang telah berhasil melumpuhkan dan menangkap kami. Dalam perang ini Hamzah memiliki peran yang sangat besar, karena itu Rasulullah saw menjulukinya dengan : Asadullah wa Asadu Rasulihi (Singa Allah dan Singa Rasul-Nya).

Pada kesempatan lain seorang wanita musyrikin bernama Hindun binti Utbah bersumpah akan melakukan balas dendam terhadap Hamzah; karena dia telah membunuh ayahnya Utbah, pamannya dan saudaranya dalam perang Badar, sebagaimana Jubair bin Math’am ingin melakukan balas dendam kapada Hamzah karena telah membunuh pamannya Tu’aimah bin ‘Adiy, dan berkata kepada budaknya Wahsyi, yang mana dia mahir dalam melempar lembing : jika engkau berhasil membunuh Hamzah maka engkau merdeka.

Hingga saat perang Uhud datang dan Hamzah menunjukkan keberaniannya, membunuh para musuh di hadapan Rasulullah saw dengan dua pedang sambil berkata : Sayalah singa Allah. Dan setelah kaum muslimin mundur dari perang, Hamzah berusaha melindungi Rasulullah saw dari serangan orang-orang musyrikin, pada sisi lain Wahsyi bersembunyi dan mengintai Hamzah lalu membunuhnya dengan melemparkan tombaknya dengan keras hingga menimpa dadanya saat dimedan perang, hingga akhirnya beliau syahid sebagai pahlawan yang gagah berani.

Setelah usai perang Rasulullah saw menginsfeksi keadaan dan melihat Hamzah berada ditengah para syuhada sedangkan tubuhnya sudah tidak berbentuk lagi, hidung dan telingnya telah dipotong, perutnya terburai, hingga Rasulullah saw pun merasa sedih melihatnya, dan berkata : “Sekiranya Sofiyah tidak merasa sedih dengan kepergiannya tentu aku akan tinggalkan dirinya, demikian kondisi Hamzah yang mengenaskan hingga dimakan oleh ulat dan burung, dan hingga dia dibangkitkan dari perutnya sebagai kemuliaan dan pengagungan kepadanya”. (Abu Dawud). Dan beliau bersabda : “Penghulu para syuhada adalah Hamzah” (Al-Hakim). Nabi kemudian mensholatkan Hamzah dan para syuhada perang Uhud lainnya yang berjumkah 70 syahid.

sumber : www.al-ikhwan.net

Jason Mraz - Im Yours Lyrics

Jason mraz picture

Well you done done me and you bet I felt it
I tried to be chill but you're so hot that I melted
I fell right through the cracks
and now I'm trying to get back
Before the cool done run out
I'll be giving it my bestest
Nothing's going to stop me but divine intervention
I reckon it's again my turn to win some or learn some

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm yours

Well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find love love love love
Listen to the music of the moment people dance and sing
We're just one big family
And It's our God-forsaken right to be loved love loved love loved

So I won't hesitate no more, no more
It cannot wait I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

Scooch closer dear
and i will nibble your ear

I've been spending way too long checking my tongue in the mirror
And bending over backwards just to try to see it clearer
My breath fogged up the glass
And so I drew a new face and laughed
I guess what i be saying is there ain't no better reason
To rid yourself of vanity and just go with the seasons
It's what we aim to do
Our name is our virtue

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
this is our fate, I'm yours

Well no no, well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find the sky is yours
Listen to the music of the moment come and dance with me
A lá one big family (2nd time: A lá happy family; 3rd time: A lá peaceful melody)
It's your God-forsaken right to be loved love love love

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

No please, don't complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

No please, don't hesitate
no more, no more
It cannot wait
The sky is your's!

powered by lirik lagu indonesia

27 Agustus 2009

Salman Al-Farisi

Salman berasal dari desa Ji di Isfahan, Persia. Ia adalah anak kesayangan ayahnya, seorang bupati di daerah itu. Salman mulanya adalah penganut Majusi yang taat hingga ia diserahi tugas sebagai penjaga api.

Suatu saat ia melewati sebuah gereja Nashrani yang sedang mengadakan sembahyang. Setelah masuk dan memperhatikan apa yang mereka kerjakan, Salman menjadi kagum. Ia pun bertanya tentang asal agama mereka yang ternyata berasal dari Syria. Salman mennceritakan hal ini kepada bapaknya dan mengatakan bahwa upacara kaum Nashrani sungguh mengagumkan, lebih baik dari agama Majusi yang mereka anut. Lalu terjadilah diskusi antara Salman dan bapaknya yang berujung pada dijebloskannya Salman dalam penjara dengan kaki terikat rantai.

Kepada orang-orang Nashrani, Salman memberitahukan bahwa ia telah menganut agama mereka dan berpesan agar ia diberitahu jika ada rombongan dari Syiria yang datang. Setelah permintaannya dipenuhi ia pun meloloskan diri dari penjara dan bergambung dengan rombongan tersebut ke Syiria. Di Syiria ia tinggal sebagai pelayan bersama dengan seorang Uskup untuk belajar agama yang baru ia anut. Salman sangat mencintainya dan ketika menjelang wafat ia menanyakan kepada sang Uskup siapa yang harus ia hubungi sepeninggalnya. Lalu orang tersebut menceritakan tentang masa itu yang ternyata sudah dekat dengan kebangkitan seorang Nabi pengikut agama Ibrahim yang hanif, beserta tanda-tanda kenabian yang ada padanya termasuk tempat hijrahnya.

Suatu hari lewatlah rombongan berkendaraan dari jazirah Arab. Salman minta agar mereka mau memintanya membawa pergi ke negeri mereka dengan imbalan sapi-sapi dan kambing-kambing hasil jerih payahnya sebagai peternak. Permintaan tersebut dikabulkan. Namun ketika sampai di negeri yang bernama Wadil Qura, rombongan tersebut menganiaya Salman dan menjualnya kepada seorang Yahudi sebagai budak. Setelah beberapa lama, Salman dibeli oleh seorang Yahudi lain dari Bani Quraidhah dan dibawa ke Madinah. Sesampainya di Madinah Salman pun akhirnya yakin bahwa negeri ini adalah sebagaimana yang disebutkan kepadanya dulu.

Setelah mendengar kedatangan Rasulullah SAW yang hijrah ke Madinah, Salman pun datang menjumpai beliau beberapa kali, dan ia mendapatkan semua tanda-tanda kenabian yang pernah diceritakan kepadanya. Hal ini membuat Salman yakin akan kebenaran Rasulullah SAW dan menyatakan keislamannya. Namun statusnya sebagai budak telah menghalangi Salman untuk turut serta dalam perang Badar dan Uhud. Dengan bantuan finansial para sahabat, Salman pun akhirnya berhasil ditebus dan dimerdekakan.

Ketika terjadi perang Khandaq, kaum Muslimin di Madinah diserang oleh kekuatan gabungan anti Islam dari luar dan dari dalam. Pasukan Quraisy dan Ghathfan menyerbu Madinah dari luar sedangkan Yahudi Bani Quraidhah menyerang dari dalam. Melihat kondisi ini Salman menyarankan strategi perang Persia yang asing bagi bangsa Arab, yakni penggalian parit sepanjang daerah terbuka mengelilingi kota. Melihat ini, pasukan kaum kafir yang hendak menyerbu Madinah merasa terpukul dan dipaksa berkemah di luar kota Madinah hingga pada suatu malam Allah mengirimkan angin topan yang memporak-porandakan mereka.

Salman adalah sahabat utama yang taqwa, cerdas, dan bersahaja. Kendatipun dari golongan kelas atas dan seorang putera Persia, negeri yang terkenal dengan kemewahan, namun ia amat zuhud kepada dunia. Ketika menanti ajal, Sa'ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya dan ia dapati Salman menangis, teringat pesan Rasulullah : "Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara", sedangkan ia merasa hartanya masih banyak. Sa'ad mengatakan : "Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom."

Sekelumit kisah sang pencari kebenaran Salman Al Faritsi ini mengandung banyak pelajaran. Kecintaan dari ayah, kedudukan terhormat sebagai anak pembesar dan penunggu api, serta kehidupan yang berkecukupan tidaklah menjadi tujuan tertinggi hidupnya. Kendatipun belum menjadi seorang muslim, Salman seakan memiliki pribadi yang hanif dengan fitrah yang bersih.

Salman mampu bersifat objektif dan mau mengakui kekurangan agama Majusi yang dianutnya dibandingkan agama Nashrani yang kemudian dipeluknya. Ia pun tak segan-segan masuk Islam ketika Rasul ditunggu-tunggunya tiba. Bukanlah menjadi soal bagi Salman sang pemuda Persi untuk memeluk agama Nashrani yang berasal dari Syiria. Sungguh bahagia hati Salman, budak dari Persi untuk memeluk Islam yang dibawa oleh Muhammad, orang Arab. Kebenaran adalah dari Allah, tak peduli siapa yang menyampaikan dan darimana asalnya. Maka seseorang yang berjiwa hanif sudah sewajarnya mengikuti kebenaran yang datangnya dari Allah. Wallahu'alam

25 Agustus 2009

Mush'ab Bin Umair - Duta Islam Pertama

Mush'ab bin Umair salah seorang diantara para shahabat Nabi. Alangkah baiknya jika kita memulai kisah dengan pribadinya.

Seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan.
Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum".
Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Mungkin tak seorangpun diantara anak-anak muda Mekah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya demikian rupa sebagai yang dialami Mush'ab bin Umair.
Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Mekah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan?
Sungguh, suat riwayat penuh pesona, riwayat Mush'ab bin Umair atau "Mush'ab yang baik", sebagai biasa digelarkan oleh Kaum Muslimin. Ia salah satu diantara pribadi-pribadi Muslimin yang ditempa oleh Islam dan dididik oleh Muhammad SAW. Sungguh, kisah hidupnya menjadi kebanggaan bagi kemanusiaan umumnya.
Suatu hari anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas dikalangan warga Mekah mengenai Muhammad Al-Amin, Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagi da'i yang mengajak ummat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa.
Sementara perhatian warga Mekah terpusat pada berita itu dan tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah SAW serta Agama yang dibawanya, maka anak muda yang manja ini paling banyak mendengar berita itu. Karena walaupun usianya masih belia, tetapi ia menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota dan teman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan pembuka jalan pemecahan masalah.
Diantara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.
Keraguannya tiada berjalan lama, hanya sebentar waktu ia menunggu, maka pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW sering berkumpul dengan para shahabatnya, tempat mengajarnya ayat-ayat Al-Qur'an dan membawa mereka shalat beribadat kepada Allah Yang Maha Akbar.
Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Al-Qur'an mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran pada kalbunya.
Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang ia karena gembira. Tetapi Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh berkat dan kasih sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuk hati yang tenang dan damai, tak obah bagai lautan yang teduh dan dalam. Pemuda yang telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas - berlipat ganda dari ukuran usianya - dan mempunyai kepekatan hati yang mempu merubah jalan sejarah..!
Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat, Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti.
Ketika Mush'ab menganut Islam, tiada satu kekuatanpun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri, bahkan walau seluruh penduduk Mekah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majlis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.
Tetapi di kota Mekah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran dimana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak.
Kebetulan seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad SAW. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.
Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.
Ketika sang ibu hendak membungkam mulut peteranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagi anak panah itu surut dan jatuh terkulai - demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut diindahkan - menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan.
Karena rasa keibuannya, ibunda Mush'ab terhindar memukul dan menyakiti puteranya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan bela berhala-berhalanya dengan jalan lain. Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya amat rapat.
Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang ke Mekah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para shahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.
Baik di Habsyi ataupun di Mekah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mush'ab di tiap saat dan tempat kian meningkat. Ia selesai dan berhasil menempa corak kehidupannya menurut pola yang modelnya telah dicontohkan Muhammad SAW. Ia merasa puas bahwa kehidupannya telah layak untuk dipersembahkan bagi pengorbanan terhadap Penciptanya Yang Maha Tinggi, Tuhannya Yang Maha Akbar.
Pada suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah SAW. Demi memandang Mush'ab, mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka - pakaiannya sebelum masuk Islam - tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi.
Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya berkata yang artinya : "Dahulu saya lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."
Semenjak ibunya merasa putus asa untuk mengembalikan Mush'ab kepada agama yang lama, ia telah menghentikan segala pemberian yang biasa dilimpahkan kepadanya, bahkan ia tak sudi nasinya dimakan orang yang telah mengingkari berhala dan patut beroleh kutukan daripadanya, walau anak kandungnya sendiri.
Akhir pertemuan Mush'ab dengan ibunya, ketika perempuan itu hendak mencoba mengurungnya lagi sewaktu ia pulang dari Habsyi. Ia pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya bila rencana itu dilakukan. Karena sang ibu telah mengetahui kebulatan tekad puteranya yang telah mengambil satu keputusan, tak ada jalan lain baginya kecuali melepasnya dengan cucuran air mata, sementara Mush'ab mengucapkan selamat berpisah dengan menangis pula.
Saat perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kekafiran fihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih besar dalam mempertahankan keimanan dari fihak anak. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata : "Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi". Maka Mush'ab pun menghampiri ibunya sambil berkata : "Wahai bunda! Telah anakanda sampaikan nasihat kepada bunda, dan anakanda menaruh kasihan kepada bunda. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya".
Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut : "Demi bintang! sekali-kali aku takkan masuk ke dalam Agamamu itu. Otakku bisa jadi rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi". Bahkan ibunya mengancam, "Aku akan mogok makan sampai mati jika kamu tak mau kembali ke agama nenek moyang."
Bergetarkah Mush'ab? Ternyata tidak. Karena menyangkut aqidah, iapun bersumpah, "Wahai ibu, walau ibu bernyawa seribu. Dan satu persatu nyawa ibu tercabut di hadapanku, aku tetap takkan murtad dari Islam."
Demikian Mush'ab meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng dan perlente itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar.
Tapi jiwanya yang telah dihiasi dengan aqidah suci dan cemerlang berkat sepuhan Nur Ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani.

22 Agustus 2009

4 Nasehat Nabi SAW kepada Abu Dzar Al-Ghifari

Diriwayatkan bahwa RasuluLLah SAW pernah bersabda kepada Jundub bin Junadah, yang bergelar Abu Dzar A-Ghifaari:

“Wahai, Abu Dzar, PUGARLAH kapalmu karena lautnya dalam, bawalah bekal sempurna karena PERJALANANmu jauh, peringanlah BEBAN karena rintangan-rintangannya berat sekali, IKHLASKANLAH amal karena sesungguhnya Yang Maha Meneliti, Maha Melihat.”

 Memugar disini dalam arti memperbaiki niat, agar semua perbuatan dapat berfungsi ibadah serta mendapat pahala guna keselamatan dari azab Allah.

Al-Imam Umar bin Khattab Al-Faruq mengirim surat kepada Abu Musa Al-Asy`ari. Semoga Allah meridhai mereka berdua. “Barang siapa niatnya tulus, maka Allah mencukupi keperluannya yang berada antara dia dan orang lain.”

Salim bin Abdullah bin Umar Al-Khattab mengirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz r.a. : “Ketahuilah wahai Umar, sesungguhnya pertolongan dari Allah kepada seorang hamba sesuai dengan kadar niatnya, barangsiapa yang niatnya tulus, maka pertolongan dari Allah sempurna baginya dan barangsiapa yang niatnya kurang, maka pertolongan dari Allah pun kurang baginya, sesuai dengan kadar niatnya itu.”

 Perjalanan jauh disini dimaksudkan dengan perjalanan menuju akherat
 Beban muatan adalah beban pertanggungjawaban urusan duniawi
 Ikhlaskanlah amal karena sesungguhnya Allah swt. Yang Maha Meneliti, meneliti secara cermat perbuatan baik buruk

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata : “Kebahagiaan tetap bagi orang yang tidak melangkah satu langkah pun selain kepada Allah swt.”

Perkataan ini sesuai dengan sabda Nabi saw. :

“Ikhlaskanlah perbuatanmu, maka yang sedikit darinya akan mencukupi.”


Diriwayatkan dari Anas, bahwa suatu hari Nabi SAW keluar sambil memegang tangan Abu Dzar seraya bersabda:

“Wahai Abu Dzar, apakah kamu telah mengetahui bahwa sesungguhnya dihadapan kita terbentang suatu jalan dibukit yang sangat rumit, yang tidak akan dapat didaki selain oleh orang-orang yang meringankan bebannya” Seorang bertanya: “Wahai Rasulullah, Apakah aku ini tergolong orang-orang yang meringankan atau memberatkan bebannya?” Beliau bersabda: “Adakah engkau punya makanan hari ini?” Dia menjawab: “Ya punya.” Rasulullah saw. Bersabda : “Apakah engkau punya makanan untuk esok?” Dia menjawab: “Ya punya.” Rasulullah saw. Bersabda: “Apakah kamu punya makanan untuk besok lusa?” Dia menjawab: “Tidak punya.” Rasulullah mengatakan: “Andaikan engkau telah punya jatah makanan untuk tiga hari, maka engkau tergolong orang-orang yang memberatkan bebannya.”

21 Agustus 2009

Tips Menghadapi Bulan Ramadhan

Hakikat dari ibadah yang kita kerjakan dalam bulan Ramadhan nanti adalah dalam rangka kebersihan jiwa (tazkiyah an-nafs) untuk betul-betul menjadi orang yang bertaqwa (muttaqin). Jadi, merugilah kita yang telah melaksanakan ibadah tapi ternyata tidak mampu untuk membersihkan jiwanya, tidak betul-betul menghayati makna substansial dari ibadah yang ia kerjakan itu.

Mudah-mudahan kita bukan orang-orang yang hanya memaknakan ibadah kita secara lahiriyah tapi betul-betul memaknainya dengan secara sebenarnya. Pada akhirnya, setiap ibadah yang telah kita kerjakan akan menghantarkan diri kita menjadi orang yang punya kesucian baik lahir maupun bathin. Hal terpenting buat kita adalah senantiasa memelihara kesucian diri, jangan sampai mengotorinya dengan perbuatan-perbuatan yang keji dan munkar. Ada beberapa hal yang bisa kita amalkan agar hati kita senantiasa bersih dan lembut dalam rangka siap mental spritual untuk menghadapi bulan Ramadhan.

Pertama, banyak mengingat Allah dalam hati dan lisan. Dengan dzikr hati bisa menjadi tentram, sehingga dapat dengan jernih melihat berbagai persoalan yang dihadapi. Allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’du (13) : 28 berfirman : “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”.

Kedua, membaca Al-Qur’an dan menelusuri kandungannya. Alquran memperkenalkan dirinya sebagai hudan li al-Nas (petunjuk bagi manusia). Inilah fungsi utama kehadirannya. Dalam rangka penjelasan tentang fungsi Al-Qur’an ini, Allah menegaskan: “kitab suci diturunkan untuk memberi putusan (jalan keluar) terbaik bagi problem-problem kehidupan manusia.

Ketiga, berbuat baik kepada anak-anak yatim dan faqir miskin. Inilah yang dipesankan oleh Rasulullah SAW : “jika anda ingin melunakkan hati anda maka sentuhlah kepala (sayangilah) anak yatim dan berilah makan orang miskin”. (HR. Ahmad)

Keempat, banyak mengingat mati. Ketahuilah bahwa hati orang yang tenggelam dalam urusan duniawi, mengejar kesia-siaannya, dan menghambakan cinta kepada kenikmatannya yang palsu, akan lalai dari mengingat maut. Sikap lalai yang dilakukan oleh orang banyak terhadap kematian adalah akibat kurangnya perenungan dan ingatan terhadapnya. Allah Ta’ala berfirman : “katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu”. {Q.S. Al-Jumu’ah (62): 8}

Kelima, senantiasa instropeksi diri. Manusia yang baik adalah yang senantiasa mengevaluasi amal yang sudah dikerjakannya pada masa lalu dalam rangka kehati-hatian berbuat untuk peningkatan kualitas amalnya ke depan. Dalam Al-Qur’an Surat al-Hasyar (59): 18 dijelaskan: ” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri mengevaluasi setiap apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerakan”.

Kesadaran kita akan kelalaian dalam beribadah pada bulan suci Ramadhan yang lalu akan menghantarkan kita untuk lebih berhati-hati dan berbuat maksimal dalam beribadah pada bulan suci Ramadhan kali ini.

dikutip dari blog saudariku
http://dianharniati.wordpress.com/2008/08/06/tips-menghadapi-ramadhan/

Wallahu a’lam.

18 Agustus 2009

Mengenang Detik-detik Kemerdekaan (6) - (18 Agustus 1945)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah konstitusi negara Republik Indonesia saat ini.

UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPK membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPK membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.



Original post : www.suryamuslim.blogspot.com

Sumber: http://id.wikipedia.org

17 Agustus 2009

Mengenang Detik-detik Kemerdekaan (5) - (17 Agustus 1945)

Berikut adalah naskah asli Piagam Jakarta yang ditulis dalam ejaan Republik:


Piagam Jakarta

Bahwa sesungguhnja kemerdekaan itu jalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka pendjadjahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perdjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai (lah) kepada saat jang berbahagia dengan selamat-sentausa mengantarkan rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas, maka rakjat Indonesia menjatakan dengan ini kemerdekaannja.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka jang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memadjukan kesedjahteraan umum, mentjerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, jang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indnesia, jang berkedaulatan rakjat, dengan berdasar kepada: keTuhanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknja, menurut dasar kemanusiaan jang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan perwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakjat Indonesia.

Djakarta, 22 Juni 1945

Ir. Soekarno
Mohammad Hatta
A.A. Maramis
Abikusno Tjokrosujoso
Abdulkahar Muzakir
H.A. Salim
Achmad Subardjo
Wachid Hasjim
Muhammad Yamin




Untuk naskah Piagam Jakarta dalam ejaan yang disempurnakan:


Piagam Jakarta

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai (lah) kepada saat yang berbahagia dengan selamat-sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indnesia, yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada: ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Jakarta, 22 Juni 1945

Ir. Soekarno
Mohammad Hatta
A.A. Maramis
Abikusno Tjokrosujoso
Abdulkahar Muzakir
H.A. Salim
Achmad Subardjo
Wachid Hasjim
Muhammad Yamin

Memperingati Detik-detik Kemerdekaan (4) - (17 Agustus 1945)

17 Agustus 1945
Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur. Embun pagi masih menggelantung di tepian daun. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi kebanggaan setelah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia ( Hatta, 1970:53 ).

Menjelang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur 56 cukup sibuk. Wakil Walikota, Soewirjo, memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti mikrofon dan beberapa pengeras suara. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk mempersiapkan satu tiang bendera. Karena situasi yang tegang, Suhud tidak ingat bahwa di depan rumah Soekarno itu, masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan. Malahan ia mencari sebatang bambu yang berada di belakang rumah. Bambu itu dibersihkan dan diberi tali. Lalu ditanam beberapa langkah saja dari teras rumah. Bendera yang dijahit dengan tangan oleh Nyonya Fatmawati Soekarno sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar, karena kainnya berukuran tidak sempurna. Memang, kain itu awalnya tidak disiapkan untuk bendera.

Sementara itu, rakyat yang telah mengetahui akan dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan telah berkumpul. Rumah Soekarno telah dipadati oleh sejumlah massa pemuda dan rakyat yang berbaris teratur. Beberapa orang tampak gelisah, khawatir akan adanya pengacauan dari pihak Jepang. Matahari semakin tinggi, Proklamasi belum juga dimulai. Waktu itu Soekarno terserang sakit, malamnya panas dingin terus menerus dan baru tidur setelah selesai merumuskan teks Proklamasi. Para undangan telah banyak berdatangan, rakyat yang telah menunggu sejak pagi, mulai tidak sabar lagi. Mereka yang diliputi suasana tegang berkeinginan keras agar Proklamasi segera dilakukan. Para pemuda yang tidak sabar, mulai mendesak Bung Karno untuk segera membacakan teks Proklamasi. Namun, Bung Karno tidak mau membacakan teks Proklamasi tanpa kehadiran Mohammad Hatta. Lima menit sebelum acara dimulai, Mohammad Hatta datang dengan pakaian putih-putih dan langsung menuju kamar Soekarno. Sambil menyambut kedatangan Mohammad Hatta, Bung Karno bangkit dari tempat tidurnya, lalu berpakaian. Ia juga mengenakan stelan putih-putih. Kemudian keduanya menuju tempat upacara.

Marwati Djoened Poesponegoro ( 1984:92-94 ) melukiskan upacara pembacaan teks Proklamasi itu. Upacara itu berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol. Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, segera memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta maju beberapa langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi.

proklamasi_indonesia_1.jpg

“Saudara-saudara sekalian ! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia , permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami: PROKLAMASI; Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta , 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta.

Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu“. ( Koesnodiprojo, 1951 ).

Acara, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. Soekarno dan Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka, lebih kurang dua meter di depan tiang. Ketika S. K. Trimurti diminta maju untuk mengibarkan bendera, dia menolak: ” lebih baik seorang prajurit ,” katanya. Tanpa ada yang menyuruh, Latief Hendraningrat yang berseragam PETA berwarna hijau dekil maju ke dekat tiang bendera. S. Suhud mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan mengikatnya pada tali dibantu oleh Latief Hendraningrat.

proklamasi_indonesia_2.jpg

Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa ada yang memimpin, para hadirin dengan spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dikerek dengan lambat sekali, untuk menyesuaikan dengan irama lagu Indonesia Raya yang cukup panjang. Seusai pengibaran bendera, dilanjutkan dengan pidato sambutan dari Walikota Soewirjo dan dr. Muwardi.

Setelah upacara pembacaan Proklamasi Kemerdekaan, Lasmidjah Hardi ( 1984:77 ) mengemukakan bahwa ada sepasukan barisan pelopor yang berjumlah kurang lebih 100 orang di bawah pimpinan S. Brata, memasuki halaman rumah Soekarno. Mereka datang terlambat. Dengan suara lantang penuh kecewa S. Brata meminta agar Bung Karno membacakan Proklamasi sekali lagi. Mendengar teriakan itu Bung Karno tidak sampai hati, ia keluar dari kamarnya. Di depan corong mikrofon ia menjelaskan bahwa Proklamasi hanya diucapkan satu kali dan berlaku untuk selama-lamanya. Mendengar keterangan itu Brata belum merasa puas, ia meminta agar Bung Karno memberi amanat singkat. Kali ini permintaannya dipenuhi. Selesai upacara itu rakyat masih belum mau beranjak, beberapa anggota Barisan Pelopor masih duduk-duduk bergerombol di depan kamar Bung Karno.

Tidak lama setelah Bung Hatta pulang, menurut Lasmidjah Hardi (1984:79) datang tiga orang pembesar Jepang. Mereka diperintahkan menunggu di ruang belakang, tanpa diberi kursi. Sudiro sudah dapat menerka, untuk apa mereka datang. Para anggota Barisan Pelopor mulai mengepungnya. Bung Karno sudah memakai piyama ketika Sudiro masuk, sehingga terpaksa berpakaian lagi. Kemudian terjadi dialog antara utusan Jepang dengan Bung Karno: ” Kami diutus oleh Gunseikan Kakka, datang kemari untuk melarang Soekarno mengucapkan Proklamasi .” ” Proklamasi sudah saya ucapkan,” jawab Bung Karno dengan tenang. ” Sudahkah ?” tanya utusan Jepang itu keheranan. ” Ya, sudah !” jawab Bung Karno. Di sekeliling utusan Jepang itu, mata para pemuda melotot dan tangan mereka sudah diletakkan di atas golok masing-masing. Melihat kondisi seperti itu, orang-orang Jepang itu pun segera pamit. Sementara itu, Latief Hendraningrat tercenung memikirkan kelalaiannya. Karena dicekam suasana tegang, ia lupa menelpon Soetarto dari PFN untuk mendokumentasikan peristiwa itu. Untung ada Frans Mendur dari IPPHOS yang plat filmnya tinggal tiga lembar ( saat itu belum ada rol film ). Sehingga dari seluruh peristiwa bersejarah itu, dokumentasinya hanya ada 3 ( tiga ) ; yakni sewaktu Bung Karno membacakan teks Proklamasi, pada saat pengibaran bendera, dan sebagian foto hadirin yang menyaksikan peristiwa yang sangat bersejarah itu.

16 Agustus 2009

Mengenang Detik-detik Kemerdekaan (3) - (16 Agustus 1945)

16 Agustus 1945

Pukul 04.00 dinihari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta oleh sekelompok pemuda dibawa ke Rengasdengklok. Aksi “penculikan” itu sangat mengecewakan Bung Karno, sebagaimana dikemukakan Lasmidjah Hardi ( 1984:60 ). Bung Karno marah dan kecewa, terutama karena para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya yang sehat. Mereka menganggap perbuatannya itu sebagai tindakan patriotik. Namun, melihat keadaan dan situasi yang panas, Bung Karno tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang mereka tentukan. Fatmawati istrinya, dan Guntur yang pada waktu itu belum berumur satu tahun, ia ikut sertakan.

Rengasdengklok kota kecil dekat Karawang dipilih oleh para pemuda untuk mengamankan Soekarno-Hatta dengan perhitungan militer; antara anggota PETA ( Pembela Tanah Air ) Daidan Purwakarta dengan Daidan Jakarta telah terjalin hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama-sama. Di samping itu, Rengasdengklok letaknya terpencil sekitar 15 km. dari Kedunggede Karawang. Dengan demikian, deteksi dengan mudah dilakukan terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang mendekati Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah.

Sehari penuh, Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Maksud para pemuda untuk menekan mereka, supaya segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan terlepas dari segala kaitan dengan Jepang, rupa-rupanya tidak membuahkan hasil. Agaknya keduanya memiliki wibawa yang cukup besar. Para pemuda yang membawanya ke Rengasdengklok, segan untuk melakukan penekanan terhadap keduanya. Sukarni dan kawan-kawannya, hanya dapat mendesak Soekarno-Hatta untuk menyatakan proklamasi secepatnya seperti yang telah direncanakan oleh para pemuda di Jakarta . Akan tetapi, Soekarno-Hatta tidak mau didesak begitu saja. Keduanya, tetap berpegang teguh pada perhitungan dan rencana mereka sendiri. Di sebuah pondok bambu berbentuk panggung di tengah persawahan Rengasdengklok, siang itu terjadi perdebatan panas; ” Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu …”. ” Lalu apa ?” teriak Bung Karno sambil beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala-nyala. Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara.

Waktu suasana tenang kembali. Setelah Bung Karno duduk. Dengan suara rendah ia mulai berbicara; ” Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17 “. ” Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ?” tanya Sukarni. ” Saya seorang yang percaya pada mistik”. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia “. Demikianlah antara lain dialog antara Bung Karno dengan para pemuda di Rengasdengklok sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi ( 1984:61 ).

Sementara itu, di Jakarta, antara Mr. Ahmad Soebardjo dari golongan tua dengan Wikana dari golongan muda membicarakan kemerdekaan yang harus dilaksanakan di Jakarta . Laksamana Tadashi Maeda, bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto dari pihak pemuda, hari itu juga mengantar Ahmad Soebardjo bersama sekretaris pribadinya, Sudiro, ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta. Rombongan penjemput tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 17.00. Ahmad Soebardjo memberikan jaminan, bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan itu, komandan kompi PETA setempat, Cudanco Soebeno, bersedia melepaskan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta ( Marwati Djoened Poesponegoro, ed. 1984:82-83 ).

Merumuskan Teks Proklamasi Kemerdekaan

Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00. Langsung menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1, setelah lebih dahulu menurunkan Fatmawati dan putranya di rumah Soekarno. Rumah Laksamada Maeda, dipilih sebagai tempat penyusunan teks Proklamasi karena sikap Maeda sendiri yang memberikan jaminan keselamatan pada Bung Karno dan tokoh-tokoh lainnya. De Graff yang dikutip Soebardjo ( 1978:60-61 ) melukiskan sikap Maeda seperti ini. Sikap dari Maeda tentunya memberi kesan aneh bagi orang-orang Indonesia itu, karena perwira Angkatan Laut ini selalu berhubungan dengan rakyat Indonesia.

Sebagai seorang perwira Angkatan Laut yang telah melihat lebih banyak dunia ini dari rata-rata seorang perwira Angkatan Darat , ia mempunyai pandangan yang lebih tepat tentang keadaan dari orang-orang militer yang agak sempit pikirannya. Ia dapat berbicara dalam beberapa bahasa. Ia adalah pejabat yang bertanggungjawab atas Bukanfu di Batavia; kantor pembelian Angkatan Laut di Indonesia. Ia tidak khusus membatasi diri hanya pada tugas-tugas militernya saja, tetapi agar dirinya dapat terbiasa dengan suasana di Jawa , ia membentuk suatu kantor penerangan bagi dirinya di tempat yang sama yang pimpinannya dipercayakan kepada Soebardjo. Melalui kantor inilah, yang menuntut biaya yang tidak sedikit baginya, ia mendapatkan pengertian tentang masalah-masalah di Jawa lebih baik dari yang didapatnya dari buletin-buletin resmi Angkatan Darat. Terlebih-lebih ia memberanikan diri untuk mendirikan asrama-asrama bagi nasionalis-nasionalis muda Indonesia . Pemimpin-pemimpin terkemuka, diperbantukan sebagai guru-guru untuk mengajar di asrama itu. Doktrin-doktrin yang agak radikal dipropagandakan. Lebih lincah dari orang-orang militer, ia berhasil mengambil hati dari banyak nasionalis yang tahu pasti bahwa keluhan-keluhan dan keberatan-keberatan mereka selalu bisa dinyatakan kepada Maeda. Sikap Maeda seperti inilah yang memberikan keleluasaan kepada para tokoh nasionalis untuk melakukan aktivitas yang maha penting bagi masa depan bangsanya.

Malam itu, dari rumah Laksamana Maeda, Soekarno dan Hatta ditemani Laksamana Maeda menemui Somobuco ( kepala pemerintahan umum ), Mayor Jenderal Nishimura, untuk menjajagi sikapnya mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Nishimura mengatakan bahwa karena Jepang sudah menyatakan menyerah kepada Sekutu, maka berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo . Tentara Jepang diharuskan tunduk kepada perintah tentara Sekutu. Berdasarkan garis kebi ­ jakan itu, Nishimura melarang Soekarno-Hatta mengadakan rapat PPKI dalam rangka pelaksanaan Proklamasi Kemerde ­ kaan. Melihat kenyataan ini, Soekarno-Hatta sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi untuk membicara­kan soal kemerdekaan Indonesia dengan Jepang. Mereka hanya berharap agar pihak Jepang tidak menghalang-ha ­ langi pelaksanaan proklamasi kemerdekaan oleh rakyat Indonesia sendiri ( Hatta, 1970:54-55 ).

Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah Laksamana Maeda. Di ruang makan rumah Laksamana Maeda itu dirumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Maeda, sebagai tuan rumah, mengundurkan diri ke kamar tidurnya di lantai dua ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung. Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, bersama Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan teks Proklamasi. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan tua maupun dari golongan pemuda, menunggu di serambi muka.

Menurut Soebardjo ( 1978:109 ) di ruang makan rumah Laksamana Maeda menjelang tengah malam, rumusan teks Proklamasi yang akan dibacakan esok harinya disusun. Soekarno menuliskan konsep proklamasi pada secarik kertas. Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Kalimat pertama dari teks Proklamasi merupakan saran Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan Dokuritsu Junbi Cosakai , sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran Mohammad Hatta. Hatta menganggap kalimat pertama hanyalah merupakan pernyataan dari kemauan bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri, menurut pendapatnya perlu ditambahkan pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan ( transfer of sovereignty ). Maka dihasilkanlah rumusan terakhir dari teks proklamasi itu.

Setelah kelompok yang menyendiri di ruang makan itu selesai merumuskan teks Proklamasi, kemudian mereka menuju serambi muka untuk menemui hadirin yang berkumpul di ruangan itu. Saat itu, dinihari menjelang subuh. Jam menunjukkan pukul 04.00, Soekarno mulai membuka pertemuan itu dengan membacakan rumusan teks Proklamasi yang masih merupakan konsep. Soebardjo ( 1978:109-110 ) melukiskan suasana ketika itu: “ Sementara teks Proklamasi ditik, kami menggunakan kesempatan untuk mengambil makanan dan minuman dari ruang dapur, yang telah disiapkan sebelumnya oleh tuan rumah kami yang telah pergi ke kamar tidurnya di tingkat atas. Kami belum makan apa-apa, ketika meninggalkan Rengasdengklok. Bulan itu adalah bulan suci Ramadhan dan waktu hampir habis untuk makan sahur, makan terakhir sebelum sembahyang subuh. Setelah kami terima kembali teks yang telah ditik, kami semuanya menuju ke ruang besar di bagian depan rumah. Semua orang berdiri dan tidak ada kursi di dalam ruangan. Saya bercampur dengan beberapa anggota Panitia di tengah-tengah ruangan. Sukarni berdiri di samping saya. Hatta berdiri mendampingi Sukarno menghadap para hadirin . Waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi tanggal 17 Agustus 1945, pada saat Soekarno membuka pertemuan dini hari itu dengan beberapa patah kata.

“Keadaan yang mendesak telah memaksa kita semua mempercepat pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Rancangan teks telah siap dibacakan di hadapan saudara-saudara dan saya harapkan benar bahwa saudara-saudara sekalian dapat menyetujuinya sehingga kita dapat berjalan terus dan menyelesaikan pekerjaan kita sebelum fajar menyingsing“. Kepada mereka yang hadir, Soekarno menyarankan agar bersama-sama menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia . Saran itu diperkuat oleh Mohammad Hatta dengan mengambil contoh pada “Declaration of Independence ” Amerika Serikat. Usul itu ditentang oleh pihak pemuda yang tidak setuju kalau tokoh-tokoh golongan tua yang disebutnya “budak-budak Jepang” turut menandatangani naskah proklamasi. Sukarni mengusulkan agar penandatangan naskah proklamasi itu cukup dua orang saja, yakni Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia . Usul Sukarni itu diterima oleh hadirin.

Naskah yang sudah diketik oleh Sajuti Melik, segera ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Persoalan timbul mengenai bagaimana Proklamasi itu harus diumumkan kepada rakyat di seluruh Indonesia , dan juga ke seluruh pelosok dunia. Di mana dan dengan cara bagaimana hal ini harus diselenggarakan? Menurut Soebardjo ( 1978:113 ), Sukarni kemudian memberitahukan bahwa rakyat Jakarta dan sekitarnya, telah diserukan untuk datang berbondong-bondong ke lapangan IKADA pada tanggal 17 Agustus untuk mendengarkan Proklamasi Kemerdekaan. Akan tetapi Soekarno menolak saran Sukarni. ” Tidak ,” kata Soekarno, ” lebih baik dilakukan di tempat kediaman saya di Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita harus memancing-mancing insiden ? Lapangan IKADA adalah lapangan umum. Suatu rapat umum, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mungkin akan menimbulkan salah faham. Suatu bentrokan kekerasan antara rakyat dan penguasa militer yang akan membubarkan rapat umum tersebut, mungkin akan terjadi. Karena itu, saya minta saudara sekalian untuk hadir di Pegangsaan Timur 56 sekitar pukul 10.00 pagi .” Demikianlah keputusan terakhir dari pertemuan itu.

15 Agustus 2009

Mengenang Detik-detik Kemerdekaan (2) - (15 agustus 1945)

15 Agustus 1945
Perdebatan Antara Golongan Tua & Golongan Muda

Proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan pemuda dengan golongan tua. Baik golongan tua maupun golongan muda, sesungguhnya sama-sama menginginkan secepatnya dilakukan Proklamasi Kemerdekaan dalam suasana kekosongan kekuasaan dari tangan pemerintah Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan proklamasi itu terdapat perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan perhitungan politiknya, berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah, jika tetap bekerjasama dengan Jepang.

Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang terorganisir. Soekarno dan Hatta, dua tokoh golongan tua, bermaksud membicarakan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ). Dengan cara itu, pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak menyimpang dariketentuan pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda. Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang. Sebaliknya, golongan pemuda menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan itu, dengan kekuatan sendiri. Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintah Jepang. Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekanan-penekanan golongan pemuda kepada golongan tua yang mendorong mereka melakukan “aksi penculikan” terhadap diri Soekarno-Hatta.

Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan Lasmidjah Hardi ( 1984:58 ); Ahmad Soebardjo ( 1978:85-87 ) sebagai berikut:

” Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !” kata Chaerul Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. ” Kita harus segera merebut kekuasaan !” tukas Sukarni berapi-api. ” Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; ” Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .”

Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: ” Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !”. Hatta kemudian memperingatkan Wikana; “… Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu ?”

Namun, para pemuda terus mendesak; ” apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam ‘Perang Sucinya ‘!”. ” Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memprokla­masikan kemerdekaannya ? Mengapa bukan kita yang menyata­kan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa ?”. Dengan lirih, setelah amarahnya reda, Soekarno berkata; “… kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya ? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri “. Demikian jawab Bung Karno dengan tenang.

Para pemuda, tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun, tetap pada pendiriannya semula. Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro. Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta. Mendengar penjelasan Hatta, para pemuda nampak tidak puas. Mereka mengambil kesimpulan yang menyimpang; menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang.

Mengenang Detik-detik Kemerdekaan (1) - (14 Agustus 1945)

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

(Kisah Rengas Dengklok akan dikisahkan pada artikel selanjutnya yah...)

14 Agustus 2009

Menjual Sisir pada Biksu

Jika perusahaan dimana anda bekerja, adalah sebuah perusahaan pembuat SISIR,
memberi tugas untuk menjual sisir pada para biksu di wihara (yang semua
kepalanya gundul) -- Bisakah anda melakukannya? Apa jawaban anda ?
a) Tidak mungkin, itu mustahil
b) Gile
c) Aku akan sekali mencoba untuk melaksanakan instruksi bos saya
d) Baiklah, saya akan coba
e) Ya, saya pikir bisa menjualnya (5 buah, 10 buah, 50 buah atau lebih,
sebutkanlah jumlahnya)

Pilih satu jawaban dan baca tulisan di bawah untuk meilhat apakah anda
termasuk orang yang berjiwa sukses atau tidak.


Cerita : MENJUAL SISIR PADA BIKSU*

Ada sebuah perusahaan "pembuat sisir" yang ingin mengembangkan bisnisnya,
sehingga management ingin merekrut seorang sales manager yang baru.
Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang
datang mengikuti wawancara yang diadakan ... jika ditotal jumlahnya hampir
seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di
posisi tersebut. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat
sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.
Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara.
Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara
terakhir ini. (Mr. A, Mr. B, Mr. C)

Pimpinan pewawancara memberi tugas :
"Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para
biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali
untuk memberikan laporan setelah itu."

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :*
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. A menjawab: "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?"
Mr. A menjawab:
" Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada
mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang
biksu muda - dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang
ketombean."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :*
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. B menjawab : "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang
rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara.
Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk
para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada patung sang Buddha."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C :*
"Bagaimana dengan anda?"
Mr. B menjawab: "SERIBU buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Mr. C menjawab:
"Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa
hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana .
Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat banyak
peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera
mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya
bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan
pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu.
Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah
sisir!"*


MORAL DARI CERITA*

Universitas Harvard telah melakukan riset, dengan hasil :
1) 85% kesuskesan itu adalah karena SIKAP dan 15% adalah karena kemampuan.
2) SIKAP itu lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus dan
keberuntungan.

Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah
kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial dan
adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap kita
menghadapi masalah.

Dalai Lama biasa berkata : "Jika anda hanya punya sebuah pelayaran yang
lancar dalam hidup, maka anda akan lemah. Lingkungan yang keras membantu
untuk membentuk pribadi anda, sehingga anda memiliki nyali untuk
menyelesaikan semua masalah."

"Anda mungkin bertanya mengapa kita selalu berpegang teguh pada harapan. Ini
karena harapan adalah : hal yang membuat kita bisa terus melangkah dengan
mantap, berdiri teguh - dimana pengharapan hanyalah sebuah awal. Sedangkan
segala sesuatu yang tidak diharapkan .... adalah hal yang akan mengubah
hidup kita."
Meredith Grey, Grey's Anatomy


Ingatlah, saat keadaan ekonomi baik, banyak orang jatuh bangkrut. Tapi saat
keadaan ekonomi buruk, banyak jutawan baru yang bermunculan. Jadi, dengan
sepenuh hati terapkanlah SIKAP kerja yang benar 85%.
Semoga sukses !"*

13 Agustus 2009

Pemuda Pengejar Bidadari

Di zaman pemerintahan Zainal Abidin dalam masa peperangan sabil, ada seorang pemuda yg masih berumur belia (sekitar 17 tahun) datang menemui Zainal Abidin dan menyatakan keinginannya bergabung dalam pasukan tersebut.

Zainal Abidin terkejut mendengar penyampaian anak muda tersebut, lalu beliau menganjurkan agar si anak itu untuk belajar/menuntut ilmu saja karena usianya masih terlalu muda dan memiliki waktu yg masih sangat panjang.

Setelah diselidiki, ternyata pemuda itu adalah anak yatim piatu yang ayahnya mati syahid dan seluruh harta warisan yg dimilikinya telah diinfaqkannya untuk bekal perang pasukan muslimin, kecuali seekor kuda dan sebilah pedang yg ada padanya.

Di hari berikutnya pemuda ini datang lagi dan kembali menyatakan maksudnya, lalu Zainal Abidin ingin melihat keseriusannya dengan menyuruhnya hadir pada jadwal latihan pasukan yg biasa dilakukan pada pagi hari.

Di keesokan harinya, Zainal Abidin begitu terkejut karena pagi-pagi sekali pemuda itu sudah hadir dengan pedang dan kudanya untuk latihan, sementara belum ada satu orang pun prajurit yg hadir untuk latihan.

Akhirnya Zainal Abidin memanggil pemuda ini dan bertanya,
"Wahai anak muda, mengapa kau begitu ngotot untuk ikut perang? Tidak kau sadar bahwa ini adalah perang sungguhan, taruhannya adalah nyawa. Kau bisa mati anak muda...!!!"

Lalu dengan semangat pula anak muda itu menjawab,
"Justru karena itulah saya mau ikut perang"

Tentu saja Zainal Abidin terheran-heran mendengar jawaban anak muda ini, anak muda yg umumnya tertarik untuk menikmati hidupnya dengan kesenangan dunia dan bahkan kalau bisa menghabiskan masa mudanya untuk bersukaria, dan sebisa mungkin tidak terlibat dalam peperangan yg taruhannya adalah nyawa, tapi kenapa anak yg satu ini justru tertarik dalam peperangan yg taruhannya adalah nyawanya. Lalu beliau kembali bertanya,
"Mengapa kau berkata demikian?"

Maka si anak muda ini menceritakan,
"Ayahku adalah seorang pejuang kaum muslimin yg telah mati syahid. Suatu ketika setelah ayahku syahid, aku bermimpi bertemu dengannya. Lalu ayah mengajakku ke suatu tempat yg sangat luar biasa indahnya dan aku tidak pernah melihat keindahan seperti itu di dunia ini.

Kutanya pada ayah tempat apa itu, lalu ayah menjawab bahwa ini adalah taman syurga. Kemudian ayah bertanya kepadaku apakah aku mau melihat bidadari syurga, tentu saja aku sangat mau, maka kemudian ayah mengajakku masuk ke sebuah taman yang jauh lebih indah dari tempat yg kusaksikan sebelumnya, di sana terdapat beberapa wanita2 yg sangat cantik-cantik sekali dan aku belum pernah melihat wanita secantik itu selama di dunia ini.

Lalu aku bertanya pada ayah,
"Maha suci ALLAH, inikah bidadari syurga itu ayah?"
tapi ayahku menjawab: "Bukan, mereka ini adalah pelayan-pelayannya bidadari"
Aku sungguh takjub, lalu kami memasuki pintu kedua dan pintu ketiga dari taman itu yang pada setiap pintu yg kami lalui itu terdapat taman dan wanita2 cantik dengan kadar yg semakin indah.
Lalu kami berhenti sampai di depan pintu bidadari yg dimaksud, lalu ayah berkata:
"Wahai anakku, di dalam ruangan dari balik pintu inilah bidadari itu berada"
Aku pun bertanya mengapa kami tidak masuk dan melihat langsung bidadari yg telah membuat bergetar jiwaku itu, lalu ayah menjawab,
"Antara kau dan bidadari itu masih ada sekat, yaitu kehidupan dunia..."

"Yang Mulia, itulah alasan mengapa aku begitu bersemangat untuk ikut berperang dalam barisan kaum muslimin di bawah pimpinanmu"

Mendengar penjelasan anak muda ini Zainal Abidin tersenyum mengerti sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dan menyuruhnya untuk bersiap-siap memulai latihannya.



Saudaraku yg dimuliakan ALLAH SWT,
ALLAH telah menggariskan karakater semangat yg membara pada diri pemuda,
sehingga kita akan melihat catatan sejarah dari negara mana pun bahwa (bahkan perang kemerdekan Indonesia ini sekali pun) ditopang oleh semangat dan keberanian pemuda.
Karena itu puila lah RasuluLLah SAW begitu antusias untuk merekrut kaum muda di awal-awal dakwahnya...

Mungkin hal ini pula lah yg menjadi latar belakang mengapa Noordin M. Top juga sibuk mencari-cari anak muda untuk direkrut menjadi simpatisan dan kadernya untuk kemudian dilakukan "bain washing" yg pada akhirnya siap untuk meledakkan diri dengan bom bunuh diri yg diskenariokan olehnya dan jaringannya.

Dalam goresan tinta sejarah perjuangan Indonesia, kita juga mengenal begitu banyak tokoh muda yg kemudian berhasil membawa kemeredekaan dan perubahan pada negeri ini. Terbilanglah Bung Tomo, Ki hajar Dewantara, Bung Karno, dan sederetan pahlawan perjuangan yg hampir secara keseluruhan mereka itu termasuk dalam golongan pemuda.

Sejarah sendiri telah membuktikan bahwa pemuda adalah bahan bakar sekaligus mesin utama dalam setiap perubahan yang ada. Coba kita lihat kembali catatan Revolusi mempertahankan Kemerdekaan, bahkan semangat Reformasi juga dimotori oleh kaum muda.

Kini kita tengah dipertontonkan kepada adegan-adegan miris yg terjadi secara nyata di bumi pertiwi ini. Mulai dari agenda reformasi yang mandek, tindak koruptif para elit dan birokrat, sisterm birokrasi dan tata negara yg kompleks bahkan amburadul. Seandainya masing2 dari kondisi yg bobrok itu mampu berbicara, maka pastilah ia hanya akan mengucapkan satu kalimat saja, "Tolong keluarkan aku dari kebobrokan ini wahai pemuda...!!!!"

So, anda yg masih merasa muda,
tak perduli apa pun posisi, jabatan, kedudukan dan pekerjaan anda,
selagi anda masih merasa pemuda,
masih merasa bagian dari tegaknya Negara Kesatuan di Republik tercinta ini,
maka saya ingin menyampaikan bahwa seruan bergemu di seantero jagad raya ini telah memanggil anda untuk segera memberikan kontribusi positif terbesar kepada negeri ini,
sekecil apa pun kontribusi yg bisa anda berikan,

Tapi bila anda tidak merasa bagian dari seruan ini, maka anda cukup mengabaikan tulisan dan seruan ini...!!!

Terima Kasih,

Salam Indonesia Raya

12 Agustus 2009

Bosan Kerja? Tirulah Semangat Anjing

Pekerjaan memang bisa membuat seseorang stres. Tugas-tugas datang silih berganti seperti tidak ada habisnya. Terkadang Anda merasa seperti seorang budak yang disiksa majikannya. Jika Anda merasa seperti itu, cobalah bekerja seperti seekor anjing.

Berapa kali Anda mendengar seseorang atau mungkin teman Anda mengeluh soal pekerjaannya. "Saya tidak tahan dengan pekerjaan ini" atau "Saya tidak sanggup lagi diperbudak oleh si bos" adalah keluhan yang biasa terlontar dari mereka yang stres dengan pekerjaannya.

Jika Anda merasa salah satu diantara mereka, cobalah ubah pola pikir Anda sekarang. Jika ingin rasa stres itu tidak muncul, coba ibaratkan diri Anda sebagai seekor anjing.

"Bagi anjing, segala sesuatu yang ia temui dianggap sebagai hal baru, menarik dan menyenangkan," ujar Matt Weinstein, seorang konsultan dari perusahaan konsultasi internasional, Playfair, Inc. seperti dilansir Huffingtonpost, Rabu (12/8/2009).

Menurut Matt, anjing adalah model yang baik untuk diterapkan dalam dunia bekerja. "Mereka tidak hanya hidup dengan dedikasi, loyalitas, disiplin, sensitivitas dan cinta, tapi juga dengan rasa senang, antusias, rasa ingin tahu, dan menganggap tugas yang diberikan adalah satu bentuk permainan untuknya," ujar Matt.

"Para anjing selalu menjalani hidupnya dan beraktivitas untuk saat itu saja, mereka tidak pernah berpikir apa yang akan terjadi hari esok. Itulah yang membuat mereka selalu ceria," ujar Matt.

"Setiap gerakan, bau-bauan dan semua hal yang menarik perhatiannya akan dibawa asyik sehingga tidak akan terasa membosankan," tambah Matt.

Matt mengatakan, semua hal yang datang pada anjing selalu menyenangkan dan membawa kegembiraan. Begitu juga seharusnya dengan manusia, terutama jika harus berhadapan dengan pekerjaan yang membosankan bahkan menyiksa.

Bayangkan saja Anda adalah seekor anjing di kantor yang selalu merasa senang dengan kehadiran partner kerja, menikmati saat-saat terfokus dengan pekerjaan, tertawa bersama rekan-rekan bisnis, dan rasakan semangat layaknya seekor anjing yang kegirangan.

Dengan demikian, orang lain pun akan merasakan semangat itu dan akhirnya mencoba belajar untuk bekerja seperti semangat yang dimiliki anjing.

sumber : detik.com

Pidato RasuluLLah SAW menyambut Ramadhan

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, bulan mulia penuh berkah yang menjadi penghulu segala bulan (“Sayyidus Syuhur”),
bulan diturunkannya Al Qur’an,
bulan yang didalamnya terdapat “lailatul Qadar” yang nilai kebaikannya lebih dari seribu bulan,
dan bulan yang Allah SWT mewajibkan shaum di siang hari dan menyunahkan shalat tarawih di malam harinya.

Berikut pidato Rasulullah SAW kala menyambut datangnya bulan suci ini.

Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari sahabat Salman al-Farisi r.a. yang mengatakan: Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan kami di akhir bulan sya’ban.

Beliau bersabda:“Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah telah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan “qiyam” di malam sebagai suatu tathawwu’ (sunnah). Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan (sunnah), maka statusnya bagaikan mengerjakan perbuatan wajib di bulan lain. Ramadhan itu bulan sabar, dan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang mukmin. Siapa saja yang memberi makan makanan untuk berbuka pada bulan itu kepada orang berpuasa, maka amalannya itu menjadi pengampunan dosanya, kemerdekaan dari neraka, serta ia mendapatkan pahala sebesar pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan.”

Para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah tidaklah semua dari kami memiliki makanan, berbuka bagi orang yang berpuasa?” Rasulullah SAW, bersabda: “ Allah memberikan pahala ini kepada siapa saja yang memberikan sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya merdeka dari neraka. Barangsiapa yang meringankan orang yang dikuasainya (hamba sahaya), niscaya Allah akan mengampuni dosanya dan membebaskannya dari neraka. Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan: dua perkara yang menyenangkan Tuhanmu dan dua perkara yang sangat kalian butuhkan. dua perkara yang bisa menyenangkan Allah adalah Syahadat bahwasannya tiada Tuhan yang menciptakan, memelihara dan wajib disembah melainkan Allah, serta istighfar kepada-Nya. Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan adalah memohon surga-Nya dan perlindungan dari neraka-Nya. Siapa saja yang memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tak lagi haus hingga masuk surga”.

Saudaraku,
dengan segenap kerendahan hati,
diri ini mengajak,
mari kita bersungguh-sungguh meraih keutamaan bulan yg utama ini,
semoga kita termasuk orang-orang yg beruntung,
orang-orang yg bertaqwa,
orang-orang yg dijanjikan-Nya dalam kitabNya...
Amiin...

10 Agustus 2009

Politik Bebas - Aktif

Waktu Presiden Megawati ke AS bertemu Presiden Bush, bertanyalah Bush kepada
Megawati: "Madam Presiden, apa sebenarnya makna dari politik Indonesia yang
disebut 'Bebas Aktif' itu?"

"Maksudnya," jawab Megawati, "Para pejabat kami sangat bebas dalam
mengeluarkan komentar dan pernyataan2-nya, dan kemudian -- sesuai dng
kondisi -- aktif sekali untuk meralatnya!"

09 Agustus 2009

Anekdot Mas Tommy , Mbak Tutut , Pak Harto, dan penjaga tol

Pada suatu hari Tutut, anaknya Soeharto, lewat di jalan tol di Jakarta.:

Penjaga Tol: "3000 rupiah".
Mbak Tutut yang emangnya ngak punya uang seribuan mengeluarkan uang 50 ribu rupiah langsung saja menyodorkan tuch uang.
Penjaga Tol: "Ini Bu, kembaliannya."
Mbak Tutut: "Sudah...simpan saja buat keluarga anda."
Penjaga tol merasa senang karena menerima 47 ribu rupiah dan langsung berterima kasih kepada Mbak Tutut.

Setelah beberapa jam Tommy dateng melewati jalan tol tersebut. Karena mereka tuch anaknya Soeharto, ngak punya uang receh, Tommy mengeluarkan uang 20 ribuan.

Penjaga Tol: "Ini Pak, kembaliannya 17 ribu."
Mas Tommy: "Sudahlah, simpan aja buat sekolah anak anda."
Penjaga langsung memasukan kembalian itu ke kantongnya dan berterima kasih banyak ke Tommy.

Setelah beberapa jam Pak Soeharto dengan mobilnya lewat jalan tol. Pak Harto mengeluarkan uang 5000 rupiah dan disodorkan ke penjaga tol.
Bapak Soeharto menunggu uang kembaliannya itu dan setelah menunggu 5 menit, ditanyanya kepada penjaga tol.

Bapak
Soeharto: "Lho, mana uang kembalian saya ?"
Penjaga Tol: "Ah Bapak, masa uang 2000 rupiah aja dibalikin. Tadi Mbak Tutut dan Mas Tommy lewat kembaliannya 47 ribu dan 17 ribu aja diberikan ke saya, masa Bapak yang 2000 aja minta kembalian?? "

Soeharto: "Tunggu dulu mas !! Anda tau sapa Tutut dan Tommy??"
Penjaga Tol dengan cekatan menjawab: "Yach tahu Pak! Pertanyaan gampang tho, jelas Mbak Tutut dan Mas Tommy tuh Anaknya Presiden."

Bapak Soeharto: "Pinter kamu, tahu mereka anak Presiden. Nah sedangkan saya kan cuma Anak Petani !! Sekarang, mana kembalian saya??"
Penjaga Tol : !@$@!$!%!^$@^

07 Agustus 2009

Ayahku Hebat

Saat istirahat sekolah, si Thole dan Panjul duduk-duduk berdua sambil mengobrol. Mereka lalu saling membanggakan ayahnya masing-masing.
Keduanya berusaha agar ayahnya tampak lebih unggul dari ayah temannya.

Teringat akan pelajaran geografi pagi harinya Panjul bertanya, "Kamu tahu Terusan Sues kan?"

"Tahu, yang diterangkan Bu Guru tadi pagi kan? Kenapa?" tanya si Thole.

"Itu ayahku yang menggalinya," kata Panjul.

"Kamu tahu Laut Mati nggak?" tanya si Thole.

"Tahu. Kenapa?" Panjul balik bertanya.

"Itu ayahku yang membunuhnya ...."

04 Agustus 2009

DEBAT

Sepasang suami istri sedang berargumentasi mengenai keluarga mereka masing-masing. Sampai akhirnya si Istri berkata, "Ah, kamu memang tidak pernah menyukai orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga denganku dan lebih membela keluargamu."

Lalu si Suami membantah, "Oh itu tidak benar ..., buktinya aku lebih menyukai ibu mertuamu dari pada ibu mertuaku sendiri."

03 Agustus 2009

Kalimat Syahadatain

Suatu ketika Abu Dzar Al Ghifari (sahabat Nabi yg memiliki perawakan & sifat yg paling mirip dengan Umar ra, berpostur tinggi besar & bersifat keras) mndengar dari orang2 berkata bahwa RasuluLLah SAW telah bersabda "Man Qola LAA ILAAHA ILLALLAH DAKHOLAL JANNAH" (Barang siapa mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH akan masuk surga).

Maka Abu Dzar segera menemui RasuluLLah dan bertanya :"Ya Rasul, benarkah sabdamu itu?"
Rasul menjawab :"Benar"
"Walaupun orang itu mencuri?" tanyanya lagi,
"Benar" jwb Beliau
"walaupun orang itu berzina?" tanyanya lagi,
"Benar" jwb Beliau,
"Walaupun org itu membunuh?" tanyanya lagi,
Lalu Rasul mengatakan "Benar, walaupun Abu Dzar suka atau tidak suka"

(Disarikan dari buku KARAKTER PERIHIDUP 60 Sahabat RASULULLAH, karangan Khalid Muh.Khalid)