Biodata

Foto saya
Lifestyle of Medan's People, Do You Want to Beat it...???

24 April 2010

Seek & Destroy

By : METALLICA


We are scanning the scene
in the city tonight
We are looking for you
to start up a fight
There is an evil feeling
in our brains
But it is nothing new
you know it drives us insane

Running,
On our way
Hiding,
You will pay
Dying,
One thousand deaths
Running,
On our way
Hiding,
You will pay
Dying,
One thousand deaths
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy

There is no escape
and that is for sure
This is the end we won't take any more
Say goodbye
to the world you live in
You have always been taking
but now you're giving

Running,
On our way
Hiding,
You will pay
Dying,
One thousand deaths
Running,
On our way
Hiding,
You will pay
Dying,
One thousand deaths
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy

Our brains are on fire
with the feeling to kill
And it will not go away
until our dreams are fulfilled
There is only one thing
on our minds
Don't try running away
`cause you're the one we will find

Running,
On our way
Hiding,
You will pay
Dying,
One thousand deaths
Running,
On our way
Hiding,
You will pay
Dying,
One thousand deaths
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy
Searching,
Seek and Destroy

16 April 2010

Muhammad Natsir

Merintis Sekolah Terpadu



Saat bergerilya di hutan-hutan belantara Sumatera, demi mempertahankan keyakinannya, Muhammad Natsir (M.Natsir) masih menyempatkan menulis surat untuk putra-putrinya. Sebuah suratnya bercerita, mengapa Natsir tidak tergiur untuk melanjutkan kuliah.

“Aneh! Semua itu tidak menerbitkan selera Aba sama sekali. Aba merasa ada satu lapangan yang paling penting dari pada itu semua. Aba ingin mencoba menempuh jalan lain. Aba ingin berkhidmat kepada Islam secara langsung. Belum terang benar Aba pada permulaannya, apa yang harus dikerjakan sesungguhnya. Tapi, tanpa piker panjang, Aba memutuskan untuk tidak akan melanjutkan pelajaran ke fakultas mana pun juga. Aba hendak memperdalam pengetahuan tentang Islam lebih dulu. Sudah itu, bagaimana nanti.”

Menurut Natsir, problema utama umat Islam ketika itu adalah kebodohan terhadap agamanya sendiri. Untuk itu, Natsir mulai merintis pendidikan yang ia beri nama Pendidikan Islam (Pendis). Konsep Pendis sama dengan apa yang saat ini desebut sebagai Sekolah Islam Terpadu. Di samping itu, Natsir juga melakukan terobosan dengan memberikan pelajaran-pelajaran agama kepada murid-murid HIS, MULO dan Kweekschool (Sekolah Guru). Tempat pertama kali yang mau menerimanya adalah MULO dan Kweekschool Gunung Sahari di Lembang. Ia mulai mengajarkan agama di sana.

Natsir tidak mengajar agama kepada murid-murid MULO dalam bahasa Melayu atau bahasa Sunda, melainkan dalam bahasa Belanda. Ia pun menyusun buku teks pelajaran agama dalam bahasa Belanda. Salah satu kumpulan naskah pengajaran yang kemudian dibukukannya atas permintaan Sukarno saat dibuang ke Endeh adalah Komt tot Gebeid (Marilah Shalat). Tampaknya Natsir mencoba membuat citra Islam tidak identik dengan keterbelakangan. Sebab, ketika itu, bahasa Belanda memang menjadi salah satu indicator “kemajuan” dan “kemodernan”.

Di sekolah pendidikan Islam inilah, para murid digembleng ilmu-ilmu agama dan sikap perjuangan. Alumninya kemudian mendirikan sekolah-sekolah sejenis di berbagai daerah. Pilihan Natsir terkadang dihadapkan pada situasi sulit. Dalam surat-suratnya kepada anak-anaknya. Saat dalam kondisi gerilya di hutan Sumatera Barat, Natsir menceritakan secara rinci kiprahnya dalam mengelola Pendis ini.

Natsir bukan hanya mengonsep kurikulum, mengajar, mengelola guru-gurunya, tapi ia juga harus berjuang mencari dana untuk sekolahnya. Bahkan, untuk menghidupi sekolah ini, kadang ia harus menggadaikan perhiasan istrinya. Kadangkala pula, ia harus pergi ke sejumlah kota untuk menarik sumbangan. Para siswa juga diajar hidup mandiri agar tak bergantung pada pemerintah.

Di samping bergelut dengan persoalan-persoalan nyata dalam dunia pendidikan dan keumatan, Natsir juga terus-menerus menggali dan mengembangkan keilmuannya. Ia memang seseorang yang haus ilmu dan tidak pernah berhenti dbelajar. Kecintaan Natsir di bidang keilmuan dan pendidikan, dibuktikannya dengan upayanya untuk merintis pendirian sejumlah universitas Islam. Setidaknya, Natsir terlibat dalam pendirian Sembilan universitas, seperti Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta), Universitas Islam Bandung, Universitas Islam Sumatera Utara, Universitas Islam Riau, Universitas Ibn Khaldun (Bogor), dan sebagainya.

Natsir yakin benar, pendidikan adalah kunci kebangkitan suatu bangsa. Dan, kuncinya terletak di tangan para guru. Karena itulah, kata Natsir mengutippendapat Dr. G. Nieuwenhuis, “Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.”

Kebetulan, sosok Natsir sendiri dibesarkan dalam ‘dua dunia’ sekaligus. Melalui guru-guru mengajinya waktu kecil, ia mempelajari Islam dengan baik. Meskipun bukan keluaran pesantren, Natsir memahami ‘kultur pesantren’. Ciri pesantren tradisional, yakni ‘belajar mandiri’, telah dijalaninya, termasuk ketika belajar dengan A Hasan. Di sisi lain, dia menyerap dengan baik anasir-anasir pendidikan modern, mulai HIS, MULO, dan AMS.

Integrasi ‘dua dunia’ itu pun, dapat disatukannya dengan baik dalam dirinya sendiri. Natsir adalah teladan; bagaimana belajar, bagaimana menjadi guru, dan bagaimana menjadi pejuang sekaligus. Natsir bukan sosok intelektual yang sok netral dalam memandang kebenaran. Ia seorang professional modern, tapi tetap kokoh berpijak pada tradisi keilmuan Islam itu sendiri. Intelektualitasnya tidak menghalanginya untuk bersikap tegas dalam memihak kebenaran dan menolak kebatilan.


Sumber : Republika/B5/Ahad/21-03-10

09 April 2010

MUHAMMAD SAW di mata Tokoh Dunia

Mungkin sebagai seorang muslim pun kita terkadang minim penggambaran tentang sosok Nabi yg kita agungkan ini. Namun bila kita melihat tokoh2 berikut yg merupakan ummat di luar Islam, ternyata mereka mampu mengeluarkan statement2 yg luar biasa mengagumkan tentang sosok Nabi Akhir Zaman ini. Seolah-olah mereka pernah bertemu langsung, atau setidaknya seolah-oalh Muhammad itu adalah Nabi mereka yang mereka agungkan melalui pernyataan2 mereka di bawah ini, sementara kita...???

Semoga bisa menjadi renungan bersama ya teman-teman...

1. MAHATMA GANDHI (Komentar mengenai karakter Muhammad di YOUNG INDIA)
“Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang paling mempengaruhi manusia… Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya pada Tuhan dan tugasnya. Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala halangan. Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 (biografi Muhammad), saya sedih karena tiada lagi cerita yang tersisa dari hidupnya yang agung.

2. Sir George Bernard Shaw (The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936.)
“Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris bahkan Eropa - beberapa ratus tahun dari sekarang, Islam-lah agama tersebut.”

Saya senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti-kristus, dia harusdipanggil ’sang penyelamat kemanusiaan”

“Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia: Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat ini.

“Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.

Dia adalah Muhammad (SAW). Dia lahir di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 dan meninggalkan dunia ini pada usia 63. Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari peperangan dan perpecahan antar suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari kebobrokan ke keagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas DUA DEKADE.”


3. MICHAEL H. HART (THE 100: A RANKIN G OF THE MOST INFLUENTIAL PERSONS IN HISTORY, New York, 1978)
Pilihan saya untuk menempatkan Muhammad pada urutan teratas mungkin mengejutkan semua pihak, tapi dialah satu-satunya orang yang sukses baik dalam tataran sekular maupun agama. (hal. 33). Lamar tine, seorang sejarawan terkemuka menyatakan bahwa: “Jika keagungan sebuah tujuan, kecilnya fasilitas yang diberikan untuk mencapai tujuan tersebut, serta menakjubkannya hasil yang dicapai menjadi tolok ukur kejeniusan seorang manusia; siapakah yang berani membandingkan tokoh hebat manapun dalam sejarah modern dengan Muhammad? Tokoh-tokoh itu membangun pasukan, hukum dan kerajaan saja. Mereka hanyalah menciptakan kekuatan-kekuatan material yang hancur bahkan di depan mata mereka sendiri.

Muhammad bergerak tidak hanya dengan tentara, hukum, kerajaan, rakyat dan dinasti, tapi jutaan manusia di dua per tiga wilayah dunia saat itu; lebih dari itu, ia telah m erubah altar-altar pemujaan, sesembahan, agama, pikiran, kepercayaan serta jiwa… Kesabarannya dalam kemenangan dan ambisinya yang dipersembahkan untuk satu tujuan tanpa sama sekali berhasrat membangun kekuasaan, sembahyang-sembahyangnya, dialognya dengan Tuhan, kematiannnya dan kemenangan-kemenangan (umatnya) setelah kematiannya; semuanya membawa keyakinan umatnya hingga ia memiliki kekuatan untuk mengembalikan sebuah dogma. Dogma yang mengajarkan ketunggalan dan kegaiban (immateriality) Tuhan yang mengajarkan siapa sesungguhnya Tuhan. Dia singkirkan tuhan palsu dengan kekuatan dan mengenalkan tuhan yang sesungguhnya dengan kebijakan. Seorang filsuf yang juga seorang orator, apostle (hawariyyun, 12 orang pengikut Yesus-pen.), prajurit, ahli hukum, penakluk ide, pengembali dogma-dogma rasional dari sebuah ajaran tanpa pengidolaan, pendiri 20 kerajaan di bumi dan satu kerajaan spiritual, ialah Muhammad. Dari semua standar bagaimana kehebatan seorang manusia diukur, mungkin kita patut bertanya: adakah orang yang lebih agung dari dia?”

4. Lamar tine, HISTOIRE DE LA TURQUIE, Paris, 1854, Vol. II, pp 276-277
“Dunia telah menyaksikan banyak pribadi-pribadi agung. Namun, dari orang orang tersebut adalah orang yang sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama atau militer. Hidup dan ajaran orang-orang ini seringkali terselimuti kabut waktu dan zaman. Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia untuk merekonstruksi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini.

Tidak demikian dengan orang ini. Muhammad (SAW) telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang pikir dan perilaku manusia dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap detil dari kehidupan pribadi dan ucapan-ucapannya telah secara akurat didokumentasikan dan dijaga dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya begitu terjaga, tidak saja oleh karena penelusuran yang dilakukan para pengikut setianya tapi juga oleh para penentangnya. Muhammad adalah seorang agamawan, reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang - semua menjadi satu.

Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya dalam setiap aspek kehidupan tersebut -hanya dengan kepribadian seperti dia-lah keagungan seperti ini dapat diraih.”

5. K.S. RAMAKRISHNA RAO, Professor Philosophy dalam bookletnya, “Muhammad, The Prophet of Islam”
Kepribadian Muhammad, hhmm sangat sulit untuk menggambarkannya dengan tepat. Saya pun hanya bisa menangkap sekilas saja: betapa ia adalah lukisan yang indah. Anda bisa lihat Muhammad s ang Nabi, Muhammad sang ****ang, Muhammad sang pengusaha, Muhammad sang negarawan, Muhammad sang orator ulung, Muhammad sang pembaharu, Muhammad sang pelindung anak yatim-piatu,
Muhammad sang pelindung hamba sahaya, Muhammad sang pembela hak wanita, Muhammad sang hakim, Muhamad sang pemuka agama. Dalam setiap perannya tadi, ia adalah seorang pahlawan.
Saat ini, 14 abad kemudian, kehidupan dan ajaran Muhammad tetap selamat, tiada yang hilang atau berubah sedikit pun. Ajaran yang menawarkan secercah harapan abadi tentang obat atas segala penyakit kemanusiaan yang ada dan telah ada sejak masa hidupnya. Ini bukanlah klaim seorang pengikutnya tapi juga sebuah simpulan tak terelakkan dari sebuah analisis sejarah yang kritis dan tidak bias.

6. PROF. (SNOUCK) HURGRONJE
Liga bangsa-bangsa yang didirikan Nabi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar persatuan internasional dan persaudaraan manusia di atas pondasi yang universal yang menerangi bagi bangsa lain. Buktinya, sampai saat ini tiada satu bangsa pun di dunia yang mampu menyamai Islam dalam capaiannya mewujudkan ide persatuan bangsa-bangsa.

Dunia telah banyak mengenal konsep ketuhanan, telah banyak individu yang hidup dan misinya lenyap menjadi legenda. Sejarah menunjukkan tiada satu pun legenda ini yang menyamai bahkan sebagian dari apa yang Muhammad capai. Seluruh jiwa raganya ia curahkan untuk satu tujuan: menyatukan manusia dalam pengabdian kapada Tuhan dalam aturan-aturan ketinggian moral. Muhammad atau pengikutnya tidak pernah dalam sejarah menyatakan bahwa ia adalah putra Tuhan atau reinkarnasi Tuhan atau seorang jelmaan Tuhan dia selalu sejak dahulu sampai saat ini menganggap dirinya dan dianggap oleh pengikutnya hanyalah sebagai seorang pesuruh yang dipilih Tuhan.

7. THOMAS CARLYLE in his HEROES AND HEROWORSHIP
Betapa menakjubkan seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden (Baduy) menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua dekade.

“Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri. “Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia.

8. EDWARD GIBBON and SIMON OCKLEY speaking on the profession of ISLAM
Saya percaya bahwa Tuhan adalah tunggal dan Muhammad adalah pesuruh-Nya adalah pengakuan kebenaran Islam yang simpel dan seragam. Tuhan tidak pernah dihinakan dengan pujaan-pujaan kemakhlukan; penghormatan terhadap Sang Nabi tidak pernah berubah menjadi pengkultusan berlebihan; dan prinsip-prinsip hidupnya telah memberinya penghormatan dari pengikutnya dalam batas-batas akal dan agama (HISTORY OF THE SARACEN EMPIRES, London, 1870, p. 54).

Muhammad tidak lebih dari seorang manusia biasa. Tapi ia adalah manusia dengan tugas mulia untuk menyatukan manusia dalam pengabdian terhadap satu dan hanya satu Tuhan serta untuk mengajarkan hidup yang jujur dan lurus sesuai perintah Tuhan. Dia selalu menggambarkan dirinya sebagai ‘hamba dan pesuruh Tuhan dan demikianlah juga setiap tindakannya.

Disarikan dari berbagai sumber

05 April 2010

ISLAM DAN DEMOKRASI

Sebagai seorang muslim kita meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Sebagai agama yang sempurna, maka selayaknya keyakinan itu mampu membelah dinding-dinding kesempurnaan Islam itu sendiri. Artinya, keyakinan tidak sekedar keyakinan saja, namun kita harus mampu melihat dengan jelas apa-apa saja kesempurnaan yang terdapat di dalam Islam itu sendiri, atau setidaknya keyakinan itu mampu memberikan gelombang motivasi bagi kita untuk menemukan kesempurnaan itu. Salah satu dinding yang dalam tulisan ini saya coba kupas dengan kemampuan saya yang terbatas adalah demokrasi.
Secara tekstual, tentu saja kita tidak akan pernah menemukan penyematan istilah demokrasi di literatur mana pun dalam dinul Islam ini. Namun, bila kita angkat ke arah yang lebih global sesuai dengan ruang lingkup pembahasan dan prakteknya, maka selayaknyalah demokrasi mendapatkan tempat khusus di dalam Islam. Tentu saja saya tidak sedang bermaksud memasukkan demokrasi secara paksa untuk diiyakan oleh kita semua sebagai sesuatu yang sudah dijelaskan secara rinci di dalam risalah Islam sejak 14 abad yang lalu karena - sekali lagi - secara tekstual - demokrasi tidak pernah ada dalam literatur risalah Al-Islam.
Namun bila kita mau jujur pada hati kita disaat melihat substansi dari demokrasi itu sendiri, dan kemudian mencoba mengaitkannya dengan substansi nilai-nilai yang terdapat di dalam ajaran Islam (terkait dengan sistem pemerintahan dan/atau kemashlahatan ummat manusia), serta nilai historis yang terkandung di dalam perjalanan lahirnya Islam di muka bumi ini, maka serta merta kita akan secara tegas mengatakan bahwa demokrasi adalah sebuah sistem yang paling sesuai dengan ajaran Islam di saat belum hadirnya sistem-sistem lain yang lebih paripurna dan memiliki visibilitas yang lebih dari padanya dewasa ini.
Namun di dalam perjalanannya, demokrasi acapkali disakiti dengan kejahatan-kejahatan moral dari para pelaku dan pemangku kekuasaannya. Ini tidak saja menjadi luka mendalam bagi masyarakat yang telah memberikan kepercayaannya pada orang-orang tertentu (pemerintah&borokrat) untuk menggunakan busana demokrasi sebagai alat mensejahterakan mereka, bahkan lebih dari pada itu, ternyata hal ini juga menjadi celah yang memiliki nilai potensi cukup tinggu bagi kaum-kaum anti demokrasi untuk mengganti sistem pemerintahan model ini menjadi sistem pemerintahan model lainnya.
Di sini, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menjadi salah satu golongan yang berada di dalamnya. Di mana mereka menyatakan menolak sistem demokrasi dan berpendapat bahwa sistem Khilafah sebagai satu-satunya model sistem pemerintahan yang sah untuk dijalankan pada semua negara di muka bumi ini, selain dari itu adalah batil alias haram…!!! - ???
Konsentrasi dari tulisan ini adalah bagaimana posisi demokrasi dalam Islam, apakah ia termasuk yang diperbolehkan ataukah memang dilarang? Sementara untuk masalah khilafah, saya menyarankan kepada para pembaca untuk bisa lebih banyak mencarinya pada sumber-sumber yang lain seperti di media website, buku-buku Islam tentang politik, kenegaraan, dll. Karena di sini saya tidak menyajikan seputar hal tersebut kecuali hanya sedikit dan/atau sebagian saja.

1. Berta’aruf Singkat dengan Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah manifestasi nilai-nilai yang mengangkat harkat dan kepentingan masyarakat banyak sebagai salah satu esensinya. Saya katakan sebagai “salah satu” esensinya karena tidak semua tatanan yang ada di dalam demokrasi hanya menjadikan kepentingan masyarakat/orang banyak sebagai landasan berpijak atau pun tujuannya. Ada kalanya demokrasi mempertimbangkan dan mengedepankan kepentingan segelintir kaum minoritas dengan alasan keadilan/justice, kesetaraan/proporsionalitas, kemanusiaan/humanity, kemerdekaan/freedom, kebebasan/liberty, dan sebagainya. Jadi, tidaklah benar memandang demokrasi dari sudut “rakyat banyak” saja.

Demokrasi menghendaki kemandirian suatu bangsa dalam mengurusi dan melayani masyarakat di negaranya sesuai dengan kultural, sosial keagamaan dan keberagaman,
Karena di beberapa Negara, demokrasi menemukan wujudnya dalam versi yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi Negara yang bersangkutan yang kemudian menjadi dasar berbedanya wujud demokrasi itu sendiri. Karenanya, adalah suatu kesalahan besar bila kita berpikir bahwa demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan seperti yang ada di Indonesia ini saja. Di Indonesia saja dikenal beberapa model demokrasi, seperti Demokrasi Pancasila, Demokrasi Terpimpin. Walaupun istilah itu hanya dikenal di Indonesia saja. Tapi setidaknya itu memberikan pemahaman kepada kita bahwa demokrasi memungkinkan setiap Negara untuk melakukan kreasi dan modifikasi terhadapnya. Untuk menggenapi pemahaman tentang jenis dan wujud demokrasi, saya sarankan anda untuk membaca buku-buku atau artikel-artikel yang terkait dengan studi banding demokrasi di berbagai Negara. Manfaatkanlah teknologi internet secara cerdas dan cermat…!!!


2. Demokrasi, Sistem Kuffur atau Manjur?
Demokrasi adalah sistem kuffur!!! Ini adalah pernyataan yang paling sering dilontarkan oleh saudara-kita di HTI. Bahwa demokrasi adalah suatu sistem yang lahir dari Barat, bukan produk Islam. Bagi mereka, sistem pemerintahan yang benar menurut syariat Islam adalah sistem Khilafah sebagaimana yang pernah dijalankan oleh Khulafaur Rasyidun hingga berakhir pada runtuhnya dinasti Utsmaniyah 87 tahun yang lalu.
Selain itu, masih menurut mereka, saudara kita itu, demokrasi mempertuhankan suara mayoritas serta meletakkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di dalam tatanan kenegaraan, undang-undang, orientasi hukum dan berbagai aspek kehidupan. Yang mana seharusnya, sistem yang dipergunakan dalam suatu Negara hendaklah menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai panglima dalam menjalankan roda pemerintahan serta mengganti rakyat menjadi ALLAH SWT sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di dalam pemerintahan itu sendiri.
Wah, terlihat seru bukan argumennya? Namun sesungguhnya masalah ini tidak terlalu rumit seperti berkobarnya orasi para aktivis (saudara kita) dari HTI dalam setiap demonstrasinya.
Pertama, Islam (baik itu melalui Al-Qur’an yang merupakan firman Allah atau pun Hadits Nabi SAW) tidak pernah mewajibkan kaum muslimin (di zaman Kerasulan atau sesudahnya) untuk hanya menggunakan sistem Khilafah serta menolak sistem selain dari itu. Bahkan dalam sebuah nubuatnya tentang tanda-tanda sebelum kedatangan hari kiamat, Nabi pernah mengatakan bahwa kelak akan datang beberapa masa pemerintahan (kerajaan dan penguasa) sebelum nanti akhirnya khilafah (An-Nubuwwah) akan kembali tegak dan kiamat akan datang setelahnya. Seperti yang kita ketahui bahwa apa yang dikatakan oleh Nabi tentang gambaran masa mendatang pasti akan terjadi. Khilafah yang dikatakan Nabi nanti juga pasti akan datang walau tak tahu entah dengan berapa puluh, ratus atau ribu tahun lagi. Tapi saya tidak sedang membahas masalah itu. Yang ingin saya kupas adalah bahwa dalam ucapannya itu sesungguhnya Nabi mengakui eksistensi berbagai model pemerintahan. Sama halnya seperti Allah di dalam QS. Al-Hajj:40 yang mengatakan “seandainya saja tidak ada sunnatul mudafa’ah, pastilah akan hancur gereja-gereja, sinagok-sinagok, kelenteng-kelenteng, biara-biara, dan masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah”. Ayat itu menggambarkan bahwa walaupun tidak diakui kebenarannya, namun Allah mengakui keberadaan/eksistensi agama dan kepercayaan lain. Jadi, eksistensi perbedaan dan keberagamaan dipandang oleh Islam sebagai sebuah keniscayaan.
Masih ingatkah kita dengan peristiwa Perang Fijar yang meletus di jazirah Arab antara pihak Quraisy (dan Kinanah) versus pihak Qais Ailan? Pada saat itu Rasulullah masih berumur 15 tahun. Rasulullah ikut dalam peperangan ini hingga akhirnya diadakan perjanjian Hilful Fudhul yang merupakan perjanjian kesepakatan di antara Bani Hasyim, Bani Al-Muththalib, Asad bin Abdul Uzza, Zuhrah bin Kilab dan Taimi bin Murrah. Isi perjanjiannya adalah bahwa tak seorang pun dari penduduk Makkah yang dibiarkan teraniaya. Siapa yang teraniaya maka mereka akan membantunya/menolongnya. Sedangkan siapa yang berbuat zhalim maka kezhalimannya harus dibalaskan. Rasul yang pada saat itu masih berumur 15 tahun dan belum diangkat sebagai Rasulullah hadir dalam perjanjian itu.
Berpuluh-puluh tahun setelah kejadian itu, setelah Beliau diangkat sebagai Rasulullah, beliau bersabda, “Aku pernah mengikuti perjanjian yang dikukuhkan di rumah Abdullah bin Jud’an. Suatu perjanjian yang lebih disukai dari pada keledai yang terbagus. Andaikata aku diundang untuk perjanjian itu semasa Islam, tentu aku akan memenuhinya”(lihat Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury).
Perjanjian yang terjadi sebelum Islam turun itu didukung oleh Rasulullah bahkan di saat risalah Islam telah turun. Padahal, bila Islam telah turun, tentu akan banyak atau setidaknya aka nada beberapa sisi perjanjian yang akan berubah sesuai dengan petunjuk Islam. Namun Rasul bahkan menyatakan dia masih akan hadir dan berpihak dalam perjanjian tersebut seandainya perjanjian itu terjadi di masa kerasulan beliau. Ini mengajarkan kepada kita bahwa Rasul mengedepankan substansi dari pada kemasan. Membela kebenaran dari ketertindasan yang merupakan muatan utama dari perjanjian tersebut harus lebih diprioritaskan dari pada sekedar mempermasalahkan model pembungkusnya.
Demokrasi sebagai salah satu alternatif sistem pemerintahan selalu membuka ruang bagi terakomodirnya semua kepentingan yang berkaitan dengan Negara dan rakyatnya. Dosa-dosa pengkhiatan oknum tertentu dalam menjalankan roda demokrasi juga mengartikan bahwa demokrasi mempunyai celah untuk “diperkosa”. Namun, premis itu tentu sangat premature untuk dijadikan konklusi/kesimpulan bahwa demokrasi adalah sistem yang kotor. Karena dalam kenyataannya, runtuhnya khilafah Utsmaniyah juga disebabkan karena maraknya “pemerkosaan” yang terjadi oleh oknum terhadap sistem tersebut. Sehingga dosa adalah milik pelakunya, bukan milik sistemnya.
Belajar dari sejarah demokrasi di Indonesia dewasa ini, kita melihat bahwa ternyata demokrasi mampu melahirkan sejumlah regulasi yang berlandaskan kepada keutamaan sejumlah norma-norma seperti norma susila dan kesantunan (UU Pornografi dan Pornoaksi), norma-norma keadilan (terbentukanya lembaga-lembaga independen seperti KPK, Komisi Kepolisian Nasional, dll). Sementara tuduhan yang menyatakan bahwa demokrasi itu kuffur, ternyata mampu kian termentahkan dengan realitas yang terjadi terutama di Indonesia, bahwa kebenaran semakin lihai menapaki anak-anak tangga demokrasi untuk kemudian-semoga saja- mampu menduduki dan menguasai seluruh lini dari sistem demokrasi itu sendiri. Karena mampu atau tidaknya kebenaran menguasai arena demokrasi menjadi ditentukan oleh sebab menguatnya nuansa kebenaran yang dipegang dan diyakini oleh masyarakatnya, maka menjadi tanggung jawab kitalah untuk bisa mendakwahi seluruh elemen masyarakat agar bersedia memasuki barisan pemegang kebenaran.
Demokrasi memang bukanlah suatu sistem yang dibidani oleh Dinul Islam. Namun ia menyediakan begitu banyak pintu yang memungkinkan terkandungnya nilai-nilai Islam di dalam pelaksanaan dan perjalanannya. Ia memang tidak mengatakan bahwa Al-Qur’an dan hadits sebagai Undang-Undang Dasarnya, tapi ia berpotensi untuk memasukkan hukum dan kebaikan yang ada di dalam Al-Qur’an dan Hadits untuk dijadikan sebagai landasannya. Lalu, adakah sistem yang memiliki nilai serta potensi kebaikan yang lebih secara kualitas dan kuantitas dari pada demokrasi sekarang ini???

3. Pemilu sebagai Bagian Dari Demokrasi
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sebagai bagian dari sistem demokrasi, pemilihan umum menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalamnya. Sekali lagi, Indonesia memberikan corak tersendiri dalam demokrasi dengan kreasi pemilihan umumnya. Di Indonesia kita mengenal ada beberapa macam pemilihan umum, diantaranya pemilihan umum legislatif (Pileg-yang umum dikenal sebagai Pemilu), Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), Pemilihan Kepala Daerah Propinsi/Gubernur (Pilgub), dan Pemilihan Kepada Daerah Kab/Kota (Pilkada/Pilwalkot), sampai kepada pemilihan kepala desa (Pilkades).
Untuk Negara lain, mungkin inilah pemilihan yang paling merepotkan karena pemilihan umum dipecah-pecah sedemikian rupa sehingga menghasilkan begitu banyak momen pemilihan. Belum lagi analisa anggaran dan dinamika sosial politik yang menjadi monster menakutkan dalam mengoperasionalkan kebijakan yang lahir berdasarkan konsensus ini.

Kembali ke perdebatan, adanya pandangan yang menolak pemilu sebagai turunan produk kuffur bin haram ini tentu harus dikaji ulang. Sebab pemilihan khalifah pada masing-masing khilafah (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) ternyata juga menggunakan metode yang berbeda-beda, mulai dari penunjukan, pembentukan tim formatur, sampai kepada pemilihan yang melibatkan banyak orang.

Tanpa bermaksud menyudutkan serta menjelek-jelekkan organisasi saudara kita HTI, saya berpendapat bahwa HTI tidak konsisten dengan pernyataannya yang dari waktu ke waktu kian melarikan diri dari hujatan kerasnya terhadap demokrasi dan sistem yang ada di dalamnya, termasuk pemilu. Mulai dari mengatakan produk kuffur, mengharamkan segala isinya, menolak pemilu dan partai politik, namun setelahnya berkilah bahwa HTI adalah partai politik, tidak mengharamkan kadernya untuk ikut memilih dalam pemilu dan tidak menolak pemilu serta sistem perwakilan rakyat, bahkan pada Ahad/12 Agustus 2007 juru bicara HTI, Ismail Yusanto, HTI secara malu-malu mengakui rencana HTI untuk ikut serta dalam pemilu (http://hariansib.com/?p=11100). Padahal, Hizbut Tahrir di Lebanon dan Jordania ikut serta sebagai peserta pemilu di kedua Negara tersebut.
Selain itu, saya melihat HTI tidak ‘gentlemen’ dalam propagandanya. Di satu sisi HTI terlihat sibuk mengkampanyekan anti demokrasi (yang kemudian tidak ada konsistensi di dalamnya). Di sisi yang kedua HTI (yang telah mengaku sebagai partai politik walau tidak terdaftar sebagai partai politik) selalu menyalah-nyalahkan partai-partai politik lain, terutama partai politik Islam dan partai politik yang berbasis Islam karena dianggap turut serta dalam arus kekuffuran sistem demokrasi. Di sisi yang ketiga, HTI tak pernah kehabisan bahan kritik atas kebijakan pemerintah yang dicap sebagai dampak dari pemerintahan dengan sistem thoghut, kebijakan yang baik saja pun terdengar sangat pedas dan salah, konon lagi kebijakan yang dianggap salah. Yang tak kalah mengherankannya lagi adalah, di sisi keempat, di tengah serba kesalahan semua pihak - selain HTI - justru HTI menyarankan masyarakat untuk memilih (pemimpin dan wakil rakyat) yang terbaik.

Sungguh tidaklah mungkin bila esok atau bulan depan akan dilaksanakan pemilu, maka malam ini kita merubah sistem pemilu menjadi sistem pemilihan seperti yang diinginkan oleh HTI (kendati sistem yang diinginkan juga masih kabur). Bila memang semua ini salah dalam pandangan HTI, setidaknya kita berharap mereka bisa konsisten dalam menggenggam konsep pengetahuan mereka tanpa memperdaya keyakinan perjuangannya pada kesempatan-kesempatan yang terlihat terbuka.

Kesimpulan:
Kita tidak menyangkal bahwa Khilafah adalah sistem terbaik yang pernah dijalankan di muka bumi ini. Namun pasca runtuhnya khilafah, Negara-negara yang awalnya merupakan bagian dari khilafah itu sendiri sibuk mencari alternatif sistem pemerintahan dikarenakan kondisi politik dunia yang pada saat itu sedang berada dalam masa Perang Dunia. Kondisi ini kian diperparah dengan menguatnya daya tekan Negara-negara barat dan Eropa yang tengah menggenggam kebobrokan moral dari pemegang amanat khilafah di masa itu. Walhasil, demokrasi menjadi pilihan terbaik pada masa itu untuk menyelamatkan bahtera Negara yang berisikan banyak manusia di dalamnya.
Perbedaan pandangan di antara organisasi-organisasi Islam terhadap permasalahan demokrasi di dalam Islam tentu tidak boleh dijadikan alasan halalnya menghina dan menghujat sesama muslim, apa lagi sampai mengkafirkan mereka dengan memberikan berbagai julukan yang tidak baik. Bagi kita, biarlah mereka dengan pandangan dan pemahaman mereka dan kita dengan pemahaman kita. Biarlah kita sama-sama memiliki anggapan bahwa apa yang kita yakini adalah keyakinan dengan segenap kebaikan ijtihad di dalamnya dan demikian juga halnya dengan mereka. Sedangkan untuk permasalahan apa dan siapa yang pemahaman dan keyakinannya terkait hal ini yang sesungguhnya benar menurut Allah dan Rasul-Nya, maka biarkanlah pengadilan Allah kelak yang akan memberikan keputusan-Nya.
Wallahu a’alam bish-shawab

Referensi :
1. Al-Qur’anul Kariim
2. Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurahman Al Mubarakfury, Pustaka Al-Kautsar, Desember 2007
3. Menghilangkan Trauma Persepsi, KH. Hilmi Aminuddin, Arah Press, Januari 2008
4. http://hariansib.com
5. Teman-teman member milis ADK SUMUT, rekayasamasadepan@yahoogroups.com