Biodata

Foto saya
Lifestyle of Medan's People, Do You Want to Beat it...???

26 Mei 2010

Terbongkarnya Kepalsuan Sejarah Tembok Ratapan/Tembok Buroq

YERUSALEM (SuaraMediaNews) - Seorang dosen dari universitas Palestina menjadi akademisi yang sekali lagi membahas sejarah dan menyatakan bahwa sejarah Yahudi di Yerusalem, yang oleh para Yahudi sebagai ibu kota mereka selama 1.600 tahun sebelum Nabi Muhammad menyampaikan agama Islam. Dosen tersebut menyangkal bahwa adanya hubungan orang-orang Yahudi dengan Tembok Ratapan dari Kuil Yahudi.

Shamekh Alawneh, seorang dosen sejarah modern di Universitas Terbuka Al-Quds, berkata bahwa Yahudi menciptakan hubungan dengan tembok tersebut untuk tujuan Politik, untuk meyakinkan Yahudi Eropa dan Zionis untuk datang ke Palestina.

Alawneh berkata, “Tujuan dari Yahudi untuk memberi nama tembok tersebut sebagai “Tembok Ratapan” kepada tembok ini merupakan sesuatu yang politis. Para Yahudi tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk menciptakan sebuah alasan mengenai Yerusalem untuk menyebarkan diantara para Zionis atau Yahudi Eropa untuk berhubungan dengan sesuatu yang konkret dari masa lalu Yerusalam. Mereka membuat klaim palsu dan menyebut ‘Tembok Buraq’ sebagai ‘Tembok Ratapan’.

“Tembok tersebut tidak mempunyai akar sejarah,” ujarnya dalam sebuah program televisi yang berjudul Yerusalem – Sejarah dan Budaya. “Ini adalah istilah politik untuk memenangkan hati dan dukungan dari Zionis di Eropa sehingga mereka akan berpindah dan masuk ke Palestina. Tidak lebih.

Pembawa acara tersebut juga merujuk ke “Yahudisasi” dari Yerusalem dan rencana Yahudi untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa.

Juni lalu, WND mengutip kepala staf Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyatakan bahwa Yerusalem adalah milik umat Muslim. Ia memeperingatkan bahwa gerakan apapun, atau serangan apapun oleh Israel, yang mengganggu kompleks Al-Quds akan dibalas oleh 1,5 milyar Muslim dunia.

"Yerusalem adalah Muslim. Masjid Al Aqsa dan Haarem Al Sharif adalah 100 persen Muslim. Israel bermain dengan api ketika mereka mengancam Al-Aqsa dengan penggalian yang sedang mereka lakukan, " ujar kepala staf Abbas, Rafiq Al Husseini.

Dalam sebuah wawancara ekslusif pada bulan Maret 2007, Taysir Tamimi, Pemimpin dari Pengadilan Palestina dan salah satu dari pemimpin Muslim yang paling berpengaruh di Israel, mengatakan bahwa Kuil Yahudi tersebut tidak pernah ada, dan Tembok Ratapan sebenarnya adalah tempat dimana Nabi Muhammad mengikatkan kendaraan ajaibnya, Masjid Al Aqsa dibangun oleh para malaikat dan Ibrahim, Musa dan Isa adalah nabi-nabi dalam Islam.

Tamimi dianggap sebagai ulama terpenting Palestina setelah Muhammad Hussein, Mufti Agung Yerusalem.

"Israel memulai sejak 1967 membuat penggalian arkeologis untuk menunjukan bukti-bukti adanya hubungan antara Yahudi dengan kota tersebut, dan mereka tidak menemukan apapun. Tidak ada koneksi terhdap Israel sebelum Yahudi memasuki wilayah ini pada tahun 1880," ujar Tamimi.

Tamimi berkata bahwa deskripsi dari deskripsi dari Kuil Yahudi di Taurat dan di tulisan Byzantine dan Roma dari periode Kuil tersebut merupakan hasil pemalsuan, dan bahwa Taurat telah dipalsukan.

23 Mei 2010

Sekilas Pandang, Mempelajari Keterpurukan Dakwah Kampus

Pada tanggal 15 mei (sabtu), saya mendapat mail dari salah seorang member milis ADK SUMUT di rekayasamasadepan@yahoogroups.com yang bernama Muhammad Aidil dari LDK FIKROH IAIDU ASAHAN

Karena memang merupakan wahana untuk bertukar pikiran, maka mail yang berisi tentang kondisi keterpurukan LDK Fikroh tersebut saya berikan tanggapan yang lumayan panjang.
Berikut adalah isi mail dari Akh Muhammad Aidil:


Afwan sebelumnya bila ane hanya bisa sharing melalui media ini, sebelumnya ana memohon izin untuk menyampaikan sedikit problem yg terjadi dalam pengembangan sayap dakwah di kampus IAIDU Asahan ini, saat ini keberadaan LDK IAIDU mengalami kemunduran yang cukup drastis, mengapa tidak.. saat ini LDK kita sudah tidak diakui lagi keberadaannya dikampus, SK yang dikeluarkan selama ini oleh SMI, sekarang SK itu sudah tidak ada lagi, ane bukan mengatakan bahwa pihak SMI tidak senang dengan LDK, tetapi kenyataannya adalah bahwa saat ini itulah yang terjadi.. apalagi semenjak peristiwa pemilihan SMI yang baru2 saja terjadi dimana LDK waktu itu juga mencalonkan beberapa kandidat, dimana waktu itu LDK berhasil merangkul PMII,IMM sebagai kawan... namun kenyataannya politik kotor terjadi dikampus, dimana salah satu ekstra kampus yang bermain politik kotor membuat tidak dijadikannya pemilihan SMI dan para petinggi kampus mengangkat dengan sesuka hatinya salah satu kandidat...
lainlagi dengan kurangnya ikhwah yang berjuang dikampus dan ane sendiri saat ini tersibukkan dengan kegiatan PPL dan KKL yang mau tidak mau harus meninggalkan kampus untuk beberapa waktu...

mohon masukan dari ikhwah sekalian.......



Dan berikut jawaban yang saya tulis panjang lebar...

Saya adalah salah satu penggiat dakwah kampus yang pernah membantu menyematkan batu bata perjuangan dakwah di kampus IAIDU Asahan, setidaknya kontribusi yang waktu itu kami berikan dengan membawa nama Tim Puskomda Sumut (saat itu akh Herman Siregar termasuk di dalam rombongan yang berpecah-pecah dalam pemberangkatannya ini) bisa dimaknai sebagai ta'awun dalam penyelarasan gerak dakwah kampus di Sumut.

Di lain waktu, bersama Akh Herman dan Akh Hadi Nainggolan (Ketua Puskomda saat itu) juga kita pernah melakukan hal yg sama pada pembentukan dan launching LDK di kampus Al Washliyah Rantau Parapat-Labuhan Batu (pada saat itu belum terpecah jadi Labusel dan Labura). Walau pun LDK ini juga berakhir dengan tragis, namun ingatan di alam pikiran ana ini masih sangat segar tentang kondisi kampus tersebut.

Sebelumnya, kami pernah juga mengisi SANLAT untuk LDK IAIDU yang saat itu bergabung dengan LDK UNA Asahan dalam pelaksanaannya. Dan memang dalam perjalanannya pada saat itu, LDK UNA dan IAIDU berjalan 1 atap. Artinya kegiatan2 LDK UNA Asahan selalu diikuti oleh LDK IAIDU di mana keduanya memang disiapkan sebagai cikal bakal pergerakan dakwah kampus untuk kawasan Asahan dan sekitarnya dengan LDK UNA Asahan yang berdiri sebagai organisasi yang bergerak dengan mengantongi lembaran keabsahan dari pihak kampusnya.

Yang pasti, kedua LDK ini memiliki kondisi yg berbeda. Dalam artian, dua kunjungan perdana kami itu disajikan dengan 2 situasi yang berbeda; Pertama, LDK IAIDU pada saat kunjungan kami itu adalah sebuah LDK yang berada dalam proses merangkak. LDK IAIDU pada saat itu eksis sebagai LDK Pemula padahal menurut analisa saya pada saat itu, LDK IAIDU lebih cocok tampil sebagai LDK Persiapan. Yah, sebuah gerakan dakwah yang lebih tepat untuk mempersiapkan diri untuk lahir dan menampakkan wajah dengan sebuah kekuatan organisasi dan manajerial yang kompeten nantinya. Singkat kata, pada saat itu saya menilai LDK IAIDU terlalu premature untuk eksis sebagai LDK Pemula. Namun karena kondisi yang telah ada adalah demikian, maka saya rasa pada saat itu tidak lebih baik untuk mempermasalahkannya, justru yang lebih baik adalah dengan memotivasi pengurusnya untuk mempersiapkan ide kreatif manuver-manuver dakwah kampus untuk kondisi yang ada padanya saat itu. Tentu saja ini tidak mudah, karena saya belum pernah menemukan konsep gerakan di pergerakan mana pun yang memberikan konsentrasi istimewa secara khusus pada sebuah media/alat gerak yang eksis namun tidak masuk dalam kualifikasi, spesifikasi dan stratifikasi pergerakan itu sendiri, begitu juga halnya dengan gerakan dakwah (kampus).
Kedua,di sisi lain, LDK Labuhan Batu yang juga kami kunjungi untuk pertama kalinya merupakan sebuah pergerakan yang baru menetas dari cangkangnya saat itu. Kalau boleh menambahkan, saya justru ingin mengatakan bahwa kami termasuk orang2 yg ikut menetaskan telur LDK di kampus Al Washliyah itu. Sebuah kampus berbasis Islam yang pada saat itu tidak menerima organisasi kemahasiswaan (Islam) yang lain selain yang berbasis doktrin Al Washliyah itu sendiri. Memang ada organisasi kemahasiswaan pada saat itu namun seperti yang sama2 kita ketahui jauh dan gersang dari nilai2 dakwah. Maka LDK pun diusahakan lahir di situ. Berkat perjuangan akhwat2 luar biasa di sana (salah satunya ukhti Darviana/Evi yang terlihat sangat getol dan menguasai seluruh perencanaan pendirian LDK itu), hasilnya alhamduliLLah, ternyata bahkan salah satu pihak rektorat atau Yayasan (saya lupa) justru hadir untuk memberikan kata sambutan sekaligus meresmikan pendirian LDK di kampus Al Washliyah itu. Bahkan meminta ke depannya LDK bisa membantu dan berperan aktif untuk menggulirkan program-program keIslaman yg telah dan akan disusun oleh pihak kampus, walau pun itu sangat halus terdengar sebagai basa basi yang umum di telinga kita. Namun yang membuat saya sedih adalah kehadiran kabar 1 tahun kemudian, bahwa LDK mendapat tekanan yang luar biasa dari pihak kampus karena keterlibatan beberapa aktivis partai dakwah dalam pengisian beberapa acara-acara yang diselenggarakan oleh LDK di kampus itu. Di akhir amanah saya di Puskomda yang saya ketahui bahwa LDK sudah kehilangan legitimasi dan hanya mampu melaksanakan pembinaan-pembinaan dalam kelompok2 yang sangat kecil jumlahnya. Hingga kini saya tidak mengetahui lagi bagaimana kondisinya di sana.
Ikhwa fiLLah, saya tidak sedang menulis sebuah buku, tapi saya ingin menjawab permasalahan yang disampaikan oleh saudara kita akhina Muhammad Aidil tentang keterpurukan LDK IAIDU Asahan, dan juga semoga saja bisa menyadarkan kita tentang permasalahan2 yang sedang dan akan melanda kita dan LDK kita.
Akhir2 ini kita semakin sering mendengar permasalahan2 yang perlahan keluar dari tirai2 LDK secara berkonvoi, seolah-olah ini adalah zaman yang memang mengharuskan LDK berkubang dalam permasalahan yang secara keseluruhannya hampir2 mirip. Sebut saja masalah militansi yang menurun, struktur yang tidak lagi solid seperti para pendahulu, legalitas yang tercabut, dukungan dan simpati dari masyarakat kampus yang mulai pudar, sampai permasalahan kemaksiatan virus merah jambu yang melanda dan dilakoni oleh para aktivis dakwah kampus itu sendiri. Semoga tulisan saya ini juga mampu memberikan efek penelanjangan di dalam hati kita untuk bertafakkur di hadapan ALLAH Azza Wa Jalla…
Saya mulai dari permasalahan LDK IAIDU dulu yah…
1. Kesalahan Kecil dalam Perencanaan
“Sebuah kondisi yang salah atau sebuah kesalahan, tentu saja bukan hadir tanpa alasan atau penyebab. Hanya orang-orang lemah lah yang tidak mampu melihat penyebab dari sebuah kesalahan, terutama kesalahan dirinya. Begitu juga dengan prikehidupan suatu organisasi”, demikian salah satu substansi mata kuliah Organizational Behaviour (Prilaku Organisasi) yang pernah saya dapatkan di semester 7 beberapa tahun yang lalu. Prinsip ini juga akan bisa kita pakai sebagai kacamata dalam melihat kesalahan yang terjadi pada semua segmen pergerakan LDK dan organisasi-organisasi yang lainnya.
Mohon maaf sebelumnya bila tulisan ini agak panjang, karena saya bukan hanya memberikan masukan atas permasalahan yang disampaikan oleh Akh Muhammad Aidil secara tekstual saja, tapi lebih dari itu saya ingin mengajak para member milis ini untuk menyempatkan waktu untuk kembali mengaktifkan daya analisa seorang peneliti, keberanian seorang pejuang, ketajaman pikiran seorang ilmuan, kekuatan naluri budayawan, kekuatan ibadah para sholihin, dan sebagainya sebagaimana yang telah disampaikan oleh Syeikh Syahid Imam Hasan Al Banna yang mungkin aja sebagian atau keseluruhannya ada pada diri kita, tapi mungkin kita lalai dalam merawatnya. Atau mungkin kita tidak menyadari akan potensi kita tersebut? Saya rasa itu justru menjadi kesalahan tambahan bagi pribadi kita sendiri.
Salah satu kesalahan kecil yang memiliki efek imbas luar biasa paling besar adalah kesalahan dalam perencanaan. Ada banyak sisi yang harus dilalui dalam menyusun rencana. Kesalahan dari beberapa sisi perencanaan memang terlihat dan terasa tidak terlalu merisaukan pada saat itu. Sekali lagi, pada saat itu…!!! Namun efek itu akan menampakkan efek aslinya beberapa waktu setelahnya. Bisa satu atau dua bulan, setahun, dua tahun, lima atau bahkan 10 tahun setelahnya.
Meletakkan klasifikasi LDK dalam sebuah tingkatan yang salah memang tidak terlihat sebagai sebuah kesalahan pada saat itu, tapi kini kita bisa menyaksikannya pada beberapa LDK yang ada, termasuk LDK IAIDU. Seperti yang telah saya sampaikan di atas, bahwa seyogiyanya LDK IAIDU belum layak dimasukkan sebagai LDK Pemula sekalipun. Mungkin antum bertanya-tanya, mengapa saya begitu ngotot untuk masalah ini, atau mungkin juga antum belum bisa melihat hubungan antara fenomena yang dialami oleh LDK IAIDU ini dengan apa yang ana sampaikan ini. Semoga saja ke depannya setelah membaca lebih jauh tulisan saya ini antum bisa melihatnya secara jelas.
Klasifikasi LDK dibuat bukanlah untuk membuat diskriminasi LDK sebagaimana kelas-kelas di dalam masyarakat, seperti kelas bawah, kelas menengah, menengah ke bawah, kelas atas, dan kelas menengah ke atas. Klasifikasi LDK dibuat justru untuk memudahkan semua LDK (terutama LDK yang masih dalam tahap pemula dan persiapan) menyelaraskan gerakan dakwahnya secara utuh dan membumi dengan menyesuaikan kondisi dan kemampuan yang dimilikinya. Semakin ke atas klasifikasi sebuah LDK maka akan menuntut kemampuan manajerial keorganisasian dan kerja-kerja yang lebih besar pula. Akselerasi dakwah kampus yang selama ini sering kita dengar tidaklah tepat disalahartikan dengan tergesa-gesa untuk menaikkan strata/klasifikasi LDK kita secepat mungkin berdasarkan selera nafsu kita.
Bila seorang anak umumnya memasuki Sekolah Dasar (SD) pada umur 6 tahun, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa anak umur 10 tahun selayaknya sudah memasuki kelas 5 SD karena kondisi dan kemampuan yang dimiliki anak umur 10 tahun memang berada pada kelas tersebut. Bisakah kita bayangkan apa yang akan terjadi bila anak umur 10 tahun tersebut dipaksa belajar di ruangan siswa kelas 2 SMP?
Ini adalah salah satu kesalahan yang terjadi pada LDK IAIDU Asahan, setidaknya ini adalah opini dan analisa Pribadi saya. Namun tentu saja saya tidak menyatakan bahwa kesalahan ini adalah kesalahan para pengurus dan kader di IAIDU, tapi yang pasti ini adalah masalah kita bersama yang membutuhkan solusi dari kita semua.

2. LDK dan Politik Kampus
Ada beberapa perbedaan sistem politik di beberapa kampus yang berbeda pula. Ada kampus yang menggunakan sistem senat dan ada pula kampus yang menggunakan sistem terbuka. Bahkan ada kampus yang tidak mengakomodir kepentingan politik kampus di dalam kampusnya. Untuk kampus yang menggunakan sistem senat, biasanya proses politik kampus dilaksanakan oleh senat yang merupakan gabungan dari beberapa unsur perwakilan. Sangat memungkinkan bagi LDK untuk menjadi salah satu bagian dari unsur ini. Segala keputusan politik dibuat dan disepakati di dalam forum senat ini. Senat ini lebih lazim disebut dengan nama Senat Mahasiswa. Senat mahasiswa dengan komposisi tertentu akan dilibatkan pada proses politik yang lebih tinggi lagi seperti pemilihan Rektor, Yayasan dan sebagainya.
Sedangkan sistem terbuka terlihat lebih modern, di mana politik diselenggarakan selayaknya politik yang diselenggarakan pada sebuah Negara dengan menghadirkan dan mengikutsertakan partai-partai politik kampus. Di sini selain dinamika politik, kemungkinan instabilitas kampus juga sangat tinggi. Artinya goyangan ketertiban dan kenyamanan proses belajar mengajar di kampus sangat besar untuk terjadi. Namun hal ini sebenarnya bisa diminimalisir bila ada seperangkat aturan dan oknum penegak yang tegas dalam menlaksanakannya. Partai pemenang akan didaulat menjadi pemimpin dalam sebuah Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) dan kemudian akan menyusun komposisi pemerintahannya dengan atau tanpa melibatkan partai-partai yang lain. Sama seperti halnya Senat, maka PEMA pun akan menjadi salah satu bagian dalam proses politik setingkat lebih tinggi darinya.
Dari uraian di atas, kita bisa pahami betapa besar sesungguhnya potensi dan manfaat bila pucuk-pucuk posisi tersebut bisa dipegang oleh LDK, atau setidaknya bisa dipengaruhi oleh LDK, karena hal ini juga akan berpengaruh pada keputusan politik terhadap masyarakat kampus yang menjadi objek dakwah kita dan juga kepada eksistensi LDK itu sendiri. Analisa ini pula lah yang sering menggelincirkan LDK untuk jatuh dalam peperangan politik tak berkesudahan dengan meninggalkan banyak kerusakan dan musuh-musuh politik yang siap menerkam di sana-sini. Seharusnya dengan pemahaman dan analisa seperti yang saya sampaikan di atas, LDK bisa lebih hati-hati dalam hal politik kampus. Bukankah dakwah mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bisa mengambil kesempatan dengan tidak melupakan dampak buruk dari kesalahan yang diambil dalam politik itu sendiri. Sehingga demikian kita akan menjadi orang yang sangat hati-hati dalam kancah politik.
Politik memang tidak pernah absen dari praktek-praktek kotor. Sehingga orang yang berenang di kolam politik dituntut memiliki kemampuan multitalenta untuk sekedar bisa sampai ke tujuannya dengan aman, bukan untuk menjadi pemenang. Menjadi pemenang dalam sebuah pertarungan politik tentu saja memerlukan pembahasan yang panjang. Selain itu, politik sangat kuat dengan corak tawar-menawar, sementara dakwah sangat lemah untuk melakukan proses tawar-manawar itu. Sebab dakwah sejatinya berisi pesan kebenaran yang tak terbantahkan dan terelakkan. Lalu bagaimana mungkin bisa ditawar-tawar lagi. Hal inilah yang menurut Syeikh Yusuf Qordhowi menjadi salah satu kepentingan lahirnya fikh dakwah kontemporer yang memasukkan unsur politik dan kepentingan dakwah terhadap politik itu sendiri ke dalam pembahasannya. Kemashlahatan, yang ditentang oleh Hizbut Tahrir untuk dijadikan alasan menerima politik demokrasi, oleh sebagian besar ulama diterima untuk turut diperhatikan bahkan ikut serta di dalamnya oleh suatu gerakan dakwah. Permasalahannya adalah, manakah yang lebih besar mashlahatnya, pengaruh politik kah? Atau eksistensi dakwah? Tentu saja jawaban ini akan berbeda menurut kondisi yang berbeda pula. So, antum sendiri akan bisa menjawabnya untuk kondisi dakwah kampus di sekitar antum.
Saya hanya ingin menyampaikan, bila tidak menjadi sebuah kebutuhan maka sebaikanya LDK jangan dulu terlibat dalam politik kampus secara praktis. Terkecuali bila memang keberadaan LDK di kampus secara otomatis mengikutsertakannya ke dalam sistem politik kampus. Bila demikian halnya, maka LDK mau tidak mau harus menyediakan sebuah sarana khusus bagi para kader-kader terbaiknya yang kelak akan ditransformasi menjadi delegasi LDK ke dalam sistem politik kampus itu sendiri.
Saya lebih setuju bila LDK dipisahkan dari politik. Tapi ini bukan berarti LDK menolak politik. Akan lebih baik bila ada sebuah lembaga politik khusus yang didirikan dan diisi oleh kader-kader LDK dan mereka focus untuk politik kampus tanpa dilibatkan dalam struktur LDK. Artinya ada dua lembaga yang bisa dipilih oleh aktivis dakwah kampus, aktif di dalam LDK kah atau aktif di dalam lembaga/ partai dakwah kampus. Dengan demikian LDK bisa lebih focus dalam menjalankan serta merumuskan agenda-agenda dakwahnya tanpa dipusingkan dengan politik kampus tersebut. Dengan demikian, yakinkah antum bahwa LDK Pemula dan LDK Persiapan mampu tampil sebagai LDK yang baru saja saya gambarkan di atas? Sekali lagi saya sampaikan, semakin tinggi klasifikasi sebuah LDK maka akan menuntut kemampuan manajerial keorganisasian dan kerja-kerja yang lebih besar pula. Jadi, kita jangan terlalu ceroboh dalam memandang hal ini.

3. Stock Kader dan Regenerasinya
Sebagai eksekutor/pelaksana seluruh agenda dakwah, kader merupakan bagian utama yang sangat dibutuhkan bagi eksistensi sebuah LDK. Kredibilitas kader juga turut mempengaruhi kualitas LDK itu sendiri. Selain itu jumlah kader yang mumpuni juga merupakan sebuah modal yang cukup besar dalam memasuki fase “futuh dakwah” kampus. Namun yang harus kita pahami bersama adalah bahwa jumlah dan kualitas kader harus senantiasa diupayakan berada sejajar tanpa melebihkan yang satu di atas yang lainnya. Kita telah menyaksikan bagaimana jumlah pasukan kaum muslimin yang lebih banyak dari pasukan kaum musyrikin ternyata bisa dikalahkan dalam perang uhud. Ini memberikan pengajaran kepada kita bahwa kualitas kader harus senantiasa ditingkatkan di samping meningkatkan kuantitas/jumlah pendukung dakwah ini.
Namun kenyataannya kita sering melihat dan mendengar dari beberapa saudara kita bahwa mereka merasa kewalahan dan bahkan (astaghfiruLLahal ‘adziim) ada yang putus asa dengan amanah-amanah yang menumpuk di pundaknya dikarenakan minimnya kader yang ada, atau kader yang bersedia untuk berbagi tugas dengannya. Saya sangat yakin, apa yang disampaikan oleh Akh Muhammad Aidil tentang minimnya kader bukanlah hal pertama kali yang kita dengar. Hal ini memiliki aroma yang tidak jauh berbeda dengan berita tentang bermasalahnya keberadaan kader lantaran regenerasi yang tidak berjalan dengan baik. Saudaraku, sadarkah kita apa sebenarnya yang menyebabkan regenerasi dan permasalahan kekaderan lainnya menghinggapi kita?
Terlalu banyak buku yang terbit dan berbicara tentang pengkaderan, rekruitmen, peningkatan kualitas ruhiyah-fikriah-jasadiah kader, bahkan sampai topic regenerasi kader. Namun seolah-olah semaikn banyak buku yang terbit maka semakin beragam dan banyak pula masalah itu muncul. Lalu di manakah pusat penyebabnya?
Jawabannya ada dari pelajaran perang Uhud saudaraku. Seperti apa sebenarnya kita menarik hikmah dari sejarah besar yang satu itu, maka itu pula lah yang akan mempengaruhi kontribusi kita dalam pergerakan dakwah kampus ini. Saya tidak akan mengarahkan antum untuk menarik hikmah dari perang uhud sesuai dengan pemahaman saya ke dalam poin-poin berunut. Saya yakin antum akan mampu menemukan hikmah sejati dari kisah perang uhud itu dalam melihat permasalahan di LDK antum, terkhusus dalam hal eksistensi dan regenerasi kader di dalamnya. Yang jelas, kedekatan kita kepada ALLAH sebagai pejuang di jalan-Nya senantiasa mempengaruhi takdir perjalanan dakwah ini. Oleh sebab itu, mutaba’ah atau evaluasi terhadap kebersihan ruhiyah kita selayaknya terus kita pantau secara pribadi maupun secara kelembagaan. Meremehkan hal ini akan menghadirkan kesedihan akan kekalahan perang uhud berulang dalam kehidupan kita.

4. Berjihad dengan Harta dan Jiwa
Kita mungkin saja sudah sangat hafal atau bahkan sudah sangat sering mendengarnya hingga kita seolah sudah muak dan menganggap remeh ayat ini. Yah, ayat di dalam Al Qur’an yang berulang-ulang kali menyuruh kita untuk paripurna dalam berdakwah, yakni dengan harta dan jiwa kita. Pada kesempatan ini saya ingin mengajak kita semua, apakah kita sudah paripurna dalam berdakwah, terkhusus untuk frase yang terakhir, berjihad dengan jiwa kita.
Kita sama-sama memahami bahwa ALLAH tidak akan membebani seseorang dengan sesuatu yang di luar kemampuannya. Dalil ini ternyata sering dijadikan sanggahan dan alasan untuk kemudian sedikit kurang aktif atau bahkan absen dalam beberapa agenda dakwah oleh beberapa kader. Penilaiannya sangat sederhana, karena kita merasa belum mampu untuk menunaikan agenda A atau ada hal lain yang menurut kita lebih prioritas, pakai dalil fikh prioritas lagi…!!! Ada juga yang berargumen kalau dirinya sudah berusaha maksimal menurut kemampuannya hingga ia tidak bisa terlibat atau melaksanakan sebuah tugas dakwah. Fenomena prioritas akademis yang diletakkan di atas dakwah dari hari ke hari kian menguat dan mengokoh di kalangan aktivis dakwah, sebagaimana semakin menguatnya opini kaum feminism tentang isu-isu gender di kalangan wanita, tak terkecuali wanita muslim.
Siapa yang mengatakan bahwa dakwah tidak boleh mengganggu aktifitas akademis antum? Dengan memposisikan diri sebagai aktivis dakwah kampus, maka secara otomatis antum sudah menyiapkan diri untuk terganggunya sebagian proses akademis antum demi kegemilangan tujuan dakwah di kampus. Walaupun sebenarnya tidak ada hubungan langsung antara keaktifan dakwah kampus dengan kemerosotan prestasi akademis kita. Kita banyak menyaksikan kader-kader unggulan yang ternyata berprestasi dalam hal akademisnya. Setidaknya kader-kader yang unggul dan aktif dalam pergerakan dakwah kampus justru tampil sebagai mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kemampuan akademis yang bisa dibilang di atas rata-rata dengan nilai kompetensi yang jauh melampaui mahasiswa-mahasiswa kutu buku yang lain. Atau, apakah kita menjadikan penyelesaian studi di kampus dengan ambang waktu secara umum sebagai tolak ukur suksesnya akademis kita, atau penguasaan ilmu dan kapabilitas kita yang menjadi kesuksesan seorang mahasiswa di dalam aktivitas menimba ilmunya?
Ikhwa fiLLah... mari kita tadabburi kembali firman ALLAH di dalam Surrah Ash-Shof (QS.61) : 10-13, bahwa ALLAH menjanjikan hal yang tidak main-main untuk kita mana kala kita juga tidak main-main dalam berjuang di jalan-Nya. Bila hari ini kita menjadikan kuliah sebagai alasan yang mengikis keparipurnaan kita dalam berkorban, maka yakinlah aka nada banyak lagi alasan-alasan yang sama yang akan kita berikan di masa-masa mendatang dalam berjuang di jalan-Nya. Halangan kerja, amanah keluarga, membangun jaringan di masyarakat, dan seterusnya, yang itu pun tidak maksimal kita laksanakan.
Mengorbankan 3 sks dalam mata kuliah tertentu tentu saja tidak boleh dikatakan sebagai tindakan mengorbankan kuliah karena hal itu memiliki porsi yang terlalu kecil untuk dikatakan sebagai pengorbanan, apa lagi dikatakan pengorbankan prestasi akademis, sungguh itu adalah hal yang terlalu mengada-ada. Sebenarnya apakah kita masih yakin atau tidak bahwa mana kala kita benar-benar melakukan pengorbanan untuk ALLAH maka ALLAH tidak akan diam dengan pengorbanan kita itu? Atau jangan-jangan tanpa kita sadari virus “wahn” yang telah diingatkan oleh Rasulullah SAW telah menjangkiti kita dengan (sekali lagi) tanpa kita sadari? Yah, kita takut kuliah akan jadi berantakan, ujian tidak lulus, kemudian susah dapat kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan hanya gara-gara kita mengorbankan kuliah? Padahal yang kita lakukan hanya membolos 3 sks untuk sebuah agenda dakwah, lalu bagaimana ceritanya bila dakwah menuntut antum untuk cuti 1 atau 2 semester untuk mengemban risalah dakwah tertentu…??? Wah udah terbayang donk jawaban apa yang akan terlontar yang diikuti dengan ekspresi wajah yang jauh dari kesiapan seorang pejuang ALLAH yang sholih…astaghfiruLLahal’adzim…
Ikhwani fiddiin, wa akhwati fiLLah,
Saya tidak sedang mengajak antum untuk mengikuti jejak ana yang menyelesaikan studi S1 selama 8,3 tahun. Saya tidak menyuruh antum untuk sering-sering bolos kuliah dan sebagainya. Saya justru ingin mengetuk pintu hati nurani antum untuk kembali meletakkan jalan dakwah sebagai jalan utama yang mendapatkan tempat prioritas di dasar hati kita. Setelah itu, maka sesuaikanlah langkah antum kepada situasi dan kondisi yang ada untuk semaksimal mungkin berkontribusi pada jalan yang mulia ini. Jalan ini mulia jika hanya dibangun oleh orang-orang yang mulia dengan pengorbanan-pengorbanan yang mulia pula. Yakinlah ALLAH gak akan menyia-nyiakan sekecil apa pun pengorbanan kita, ALLAH PASTI akan ganti semua pengorbanan kita dengan yang lebih baik di dunia dan akhirat kelak. Tapi kita juga harus ingat bahwa ALLAH MAHA TAHU dan MAHA TELITI dengan pengorbanan “ecek-ecek” yang kita lakukan di hadapan manusia, dengan ketakutan hati kita untuk melakukan pengorbanan yang akhirnya “setengah hati” untuk-Nya.
Dan demi ALLAH,semuanya akan kembali pada ALLAH…

waLLahu a’lam bish-shawab
Minggu / 16 Mei 2010 – 24.00 WIB

22 Mei 2010

JADWAL PERTANDINGAN (Putaran I) PIALA DUNIA 2010 - AFRIKA SELATAN



Jumat, 11 Juni 2010
Grup A
Afrika Selatan vs Meksiko, (14.00 GMT) di Johannesburg
Uruguay vs Perancis (18.30 GMT) di Cape Town

Sabtu, 12 Juni 2010
Grup B
Korea Selatan vs Yunani (11.30 GMT) di Port Elizabeth
Argentina vs Nigeria (14.00 GMT) di Johannesburg

Grup C
Inggris vs Amerika Serikat (18.30 GMT) di Rustenburg

Minggu, 13 Juni 2010
Grup C
Aljazair vs Slovenia (11.30 GMT) di Polokwane
Serbia vs Ghana (14.00 GMT) di Pretoria

Grup D
Jerman vs Australia (18.30 GMT) di Durban

Senin, 14 Juni 2010
Grup E
Belanda vs Denmark (11.30 GMT) di Johannesburg
Jepang vs Kamerun (14.00 GMT) di Bloemfontein

Grup F
Italia vs Paraguay (18.30 GMT) di Cape Town

Selasa, 15 Jun 2010
Grup F
Selandia Baru vs Slovakia (11.30 GMT) di Rustenburg

Grup G
Pantai Gading vs Portugal (14.00 GMT) di Elizabeth
Brasil vs Korea Utara (18.30 GMT) di Johannesburg

Rabu, 16 Juni 2010
Grup A
Afrika Selatan vs Uruguay (18.30 GMT) di Pretoria

Grup H
Honduras vs Cile (11.30 GMT) di Nelspruit
Spanyol vs Swiss (14.00 GMT) di Durban

Kamis, 17 Juni 2010
Grup B
Argentina vs Korea Selatan (11.30 GMT) di Johannesburg
Nigeria vs Yunani (14.00 GMT) di Bloemfontein

Grup A
Meksiko vs Perancis (18.30 GMT) di Polokwane

Jumat, 18 Juni 2010
Grup C
Amerika Serikat vs Slovenia (14.00 GMT) di Johannesburg
Inggris vs Aljazair (18.30 GMT) di Cape Town

Grup D
Jerman vs Serbia (11.30 GMT) di Port Elizabeth

Sabtu, 19 Juni 2010
Grup E
Belanda vs Jepang (11.30 GMT) di Durban
Australia vs Ghana (14.00 GMT) di Rustenburg
Denmark vs Kamerun (18.30 GMT) di Pretoria

Minggu, 30 Juni 2010
Grup F
Paraguay vs Slovakia (11.30 GMT) di Bloemfontein
Italia vs Selandia Baru (14.00 GMT) di Nelspruit

Grup G
Brasil vs Pantai Gading (18.30 GMT) di Johannesburg

Senin, 21 Juni 2010
Grup G
Korea Utara vs Portugal, (11.30 GMT) di Cape Town

Grup H
Swiss vs Cile (14.00 GMT) di Port Elizabeth
Spanyol vs Honduras (18.30 GMT) di Johannesburg

Selasa, 22 Juni 2010
Grup A
Meksiko vs Uruguay (14.00 GMT) di Rustenburg
Perancis vs Afrika Selatan (14.00 GMT) di Bloemfontein

Grup B
Nigeria vs Korea Selatan (18.30 GMT) di Durban
Yunani vs Argentina (18.30 GMT) di Polokwane

Rabu, 23 Juni 2010
Grup C
Slovenia vs Inggris (14.00 GMT) di Port Elizabeth
Amerika Seriikat vs Aljazair (14.00 GMT) di Pretoria

Grup D
Ghana vs Jerman (18.30 GMT) di Johannesburg
Australia vs Serbia (18.30 GMT) di Nelspruit

Kamis, 24 Juni 2010
Grup E
Denmark vs Jepang (18.30 GMT) di Rustenburg
Kamerun vs Belanda (18.30 GMT) di Cape Town

Grup F
Slovakia vs Italia (14.00 GMT) di Johannesburg
Paraguay vs Selandia Baru (14.00 GMT) di Polokwane

Jumat, 25 Juni 2010
Grup G
Portugal vs Brasil (14.00 GMT) di Durban
Korea Utara vs Pantai Gading (14.00 GMT) di Nelspruit

Grup H
Cile vs Spanyol (18.30 GMT) di Pretoria
Swiss vs Honduras (18.30 GMT) di Bloemfontein

CATATAN:
Perbedaan waktu GMT dengan Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB) adalah 7 jam.

JADWAL PERTANDINGAN (Putaran II) PIALA DUNIA 2010 - AFRIKA SELATAN




PARTAI 49


Sabtu, 26 Juni 2010
Pemenang Grup A vs Runner-up Grup B (14.00 GMT) di Port Elizabeth


PARTAI 50
Pemenang Grup C vs Runner-up Grup D (18.30 GMT) di Rustenburg

Minggu, 27 Juni 2010

PARTAI 51

Pemenang Grup D vs Runner-up Grup C (14.00 GMT) di Bloemfontein

PARTAI 52
Pemenang Grup B vs Runner-up Grup A (18.30 GMT) di Johannesburg

Senin, 28 Juni 2010

PARTAI 53
Pemenang Grup E vs Runner-up Grup F (14.00 GMT) di Durban

PARTAI 54
Pemenang Grup G vs Runner-up Grup H (18.30 GMT) di Johannesburg

Selasa, 29 Juni 2010

PARTAI 55
Pemenang Grup F vs Runner-up Grup E (14.00 GMT) di Pretoria

PARTAI 56
Pemenang Grup H vs Runner-up Grup G (18.30 GMT) di Cape Town

CATATAN:
Perbedaan waktu GMT dengan Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB) adalah 7 jam.

JADWAL PERTANDINGAN (Putaran III) PIALA DUNIA 2010 - AFRIKA SELATAN




PEREBUTAN TEMPAT KE-3 PIALA DUNIA 2010 AFRIKA SELATAN


Sabtu, 10 Juli 2010
Tim Kalah di semifinal diadu (18.30 GMT) di Port Elizabeth



FINAL PIALA DUNIA 2010 AFRIKA SELATAN

Minggu, 11 Juli 2010
Pemenang Semifinal Diadu (18.30 GMT) di Johannesburg


CATATAN: Perbedaan waktu GMT dengan Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB) adalah 7 jam.

15 Mei 2010

GHODUL BASHAR (Menundukkan Pandangan)

Sebagai aktivis dakwah, tentu kata-kata “Ghodul Bashar” adalah hal yang sering lalu-lalang di telinga kita dalam kehiduoan sehari-hari, atau setidaknya saat bercengkerama dengan sesama aktivis dakwah. Ghodul Bashar yang memiliki makna menundukkan pandangan sering kali dilihat sebagai sesuatu yang ekstrim oleh masyarakat awwam di sekitar kita. Keekstriman ini tidak jauh berbeda dengan kebiasaan menjuraikan tangan sebagai pengganti jabatan tangan di antara laki-laki dan perempuan yang dianggap lazim oleh masyarakat kita namun sesungguhnya merupakan sesuatu yang dilarang dalam agama Islam.
Urgensi dari Ghodul Bashar tidak terletak dari sejauh dan sedalam apa kita memberikan defenisi kepadanya. Namun yang terpenting dari pada itu adalah, bagaimana kita memahami hal-hal yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan konsep ghodul bashar ini sehingga hal-hal yang dikhawatirkan tanpanya bisa ditekan seminim mungkin.
Dasar masalah yang menjadi cikal bakal pentingnya menundukkan pandangan ini adalah satu kata, yakni maksiat atau kemaksiatan. Kemaksiatan ini adalah sumpah iblis di hadapan ALLAH SWT (yang juga bersumpah atas nama ALLAH) bahwa ia akan terus menjerumuskan bani Adam dalam lembah kemaksiatan dan menggodanya hingga datangnya hari pembalasan (akhirat). Sementara syahwat sebagai salah satu unsur fitriyah dari manusia merupakan potensi besar yang kapan saja bisa dimanfaatkan oleh iblis dan bala tentaranya untuk menjerumuskan manusia, bahkan dengan jalan yang sangat halus dan kesabaran yang luar biasa.

1. Defenisi
Ghodul Bashar secara harafiah bermakna menundukkan pandangan. Namun, dalam hal ini, ghodul bashar tidak tersekat hanya pada aktivitas menundukkan kepala atau pandangan saja di saat melakukan interaksi dengan lawan jenis (ikhwan). Pemahaman yang mengartikan ghodul bashar hanya sekedar menundukkan pandangan sesungguhnya merupakan pemahaman yang sempit dari pengertian ghodul bashar secara tekstual, atau lebih cenderung kepada ghodul ‘ain. Walau pun ghodul bashor bisa dilakukan melalui ghodul ‘ain, tetapi tidak setiap ghodhul ‘ain itu berarti bahwa seseorang sudah tunduk bashor-nya. Orang buta sangat bisa jadi punya bashor walaupun a’in-nya tidak.
Maka dari itu, ghodul bashar yang sedang kita bahas saat ini adalah ketertundukan hati dan mata kita dalam menjalankan aktivitas keseharian kita dengan semangat menghindarkan maksiat dan fitnah yang mungkin akan timbul dikarenakan polesan syaitan atas kondisi yang kita lewati.

2. Landasan
Ada beberapa landasan Firman ALLAH dan sabda Rasulullah SAW berkaitan dengan anjuran ghodul bashar ini, antara lain di QS. An-Nur:30 dan 31 berikut:

30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan/menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Selain dari pada itu terdapat pula beberapa hadhits yang mendukung anjuran ini, seperti sabda Nabi kepada Ali bin Abi Thalib, “Susungguhnya pandangan itu adalah anak panahnya syaithan”. Hadhits tersebut menggambarkan kepada kita betapa besarnya potensi bahaya yang terkandung di dalam pandangan mata kita. Namun walau pun sabda tersebut Beliau sampaikan kepada Ali r.a. bukan berarti menjaga pandangan hanya menjadi kewajiban bagi kaum adam saja.
Dalam hadhits yang lain Nabi pernah kedatangan seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Umi Maktum yang buta. Ketika Umi Maktum hendak memasuki rumah Nabi, Siti Aisah minta izin kepada baginda Nabi untuk menemuinya. Ternyata pada waktu itu Nabi tidak mengizinkanya, dengan alasan; walaupun Umi Maktum seorang yang buta tetapi Siti Aisah tetap bisa melihatnya.
3. Posisi Syaithan dalam (memainkan) Pandangan Manusia
Di penghujung zaman yang kian canggih ini, perangkap-perangkap setan pun kian canggih dan modern pula. Ujian dan godaan untuk para pengikut shirothol mustaqiim kian mengepung. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Harta, tahta dan wanita (dalam hal ini adalah lawan jenis) adalah godaan yang mengggiurkan. Mungkin banyak diantara orang-orang sholeh atau para penggerak dakwah tidak bergeming dengan jebakan harta dan kekuasaan akan tetapi bisa jadi mereka tidak tahan dan akhirnya tergelincir dengan provokasi keindahan wanita atau pun sebaliknya. Maka bersyukurlah kita yang bisa lolos dari tiga jenis godaan yang mematikan ini.
Setan dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bis su’). Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan ALLAH, termasuk memandangi lawan jenis yang bukan muhrimnya hingga menimbulkan syahwat.
Secara naluri, fitrah manusia memang menyukai keindahan dan memandanginya dengan penuh takjub. Tetapi disinilah peluang fitnahnya. Seperti dalam kisah keindahan rupa Nabi Yusuf as. Yang mampu menghipnotis para wanita istana kala itu. Karena tak tahan, Zulaiha sang permaisuri kerajaan membuat konspirasi untuk menjebak Nabi Yusuf agar mau berzina. Satu sisi, ketampanan dan kecantikan rupa adalah anugerah yang harus di syukuri, tapi di sisi lain bisa menjadi pintu syaitan untuk mengelabui manusia supaya terjerumus ke kubang kemaksiatan.
Mungkin terlihat sepele masalah pandangan ini. Namun tipu daya syaithan telah merubahnya menjadi hal yang luar biasa. Pandangan kepada lawan jenis yang memikat hati tanpa ikatan ketaatan pada ALLAH akan melenakannya, kemudian merangsang otak merekamnya dengan kemampuan rekam sebaik-baiknya dan memprovokasi hati untuk terus cenderung kepadanya. Hal ini bisa berlanjut pada adegan-adegan atau aksi-aksi yang lebih berani manakala kita lupa bahwa sesungguhnya kita telah masuk ke dalam perangkap syaithannir rajim.

Syaithan, seperti yang telah disampaikan di awal, tentulah tidak bodoh dalam menggoda dan menjerumuskan manusia. Dengan pengalaman dan kemampuannya, ia mampu membisikkan ke telinga kita seruan-seruan halus hingga kita tidak mampu membedakan antara bisikan syaithan atau motivasi diri. Lebih dari pada itu, kemampuan syaithan berkeliaran di dalam pembuluh darah kita juga mampu memompa andrenalin kita untuk semakin semangat dan lebih berani dalam melangkahkan kaki, tangan, lisan dan seluruh perangkat tubuh kita untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan skenarionya.
Sabda nabi SAW, “Setan berjalan dalam tubuh manusia melalui pembuluh darah. Maka persempitlah jalannya dengan berpuasa” (HR Bukhari & Muslim).

4. Menghindari Maksiat (Mata)
Ada beberapa kiat atau trik dari Rasulullah SAW yang bisa kita ikuti untuk menghindarkan kita dari kemungkinan maksiat mata, antara lain :
a. Ghodul Bashar
b. Berpuasa (manajemen perut). Puasa juga menjadi solusi terbaik di dalam mengurangi dorongan nafsu biologis. Dengan demikian, matapun tidak berkeliaran seperti biasanya. Kendati demikian, kemaksiatan mata sangat sulit untuk dikendalikan, kecuali senantiasa mengingat Allah swt.
c. Menikah, cara ketiga ini sangat mujarab serta penting untuk dilakukan agar manusia tidak terus menerus melakukan pelangaran mata. Dengan menikah nafsu bilogis bisa tersalurkan dengan halal, mata-pun juga terkurangi tensi maksiatnya. Hanya saja tidak semua orang bisa melakukanya dengan baik. Karena kondisi dan situasi lingkungan tidak mendukung sehingga aktifitas maksiat mata masih belum maksimal untuk menghindarinya.
d. Amal penghapus dosa. Bila terlanjur melakukan maksiat, maka sangat dianjurkan mengikutinya dengan amalan-amalan sholih, seperti yang difirmankan ALLAH dalam QS. Huud:114 yang artinya, “Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.

Lalu sabda Nabi yang diriwayatkan dari Abi Darr, sesungguhnya Nabi SAW berpesan kepadanya, ”bertaaqwalah engkau kepada Allah dimana saja berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan amal kebaikan, sebab amal baik itu bisa menghapusnya. Berbudi pekertilah di depan manusia denga budi pekerti yang indah”. (HR. Ahmad)

5. Menggapai Kemuliaan dengan Ghodul Bashar
Menundukkan pandangan merupakan bagian dari upaya menjaga kemaluan bagi seorang muslim yang taat pada Rabbnya. Hal ini manjadi perkara serius karena tidak hanya berkaitan dengan upaya untuk tidak terjerumus dalam lembah kemaksiatan belaka, namun terdapat sebuah prinsip besar bagi seorang muslim untuk mempertahankan kesucian dirinya serta mempersembahkan kemuliaan di hadapan manusia dan Tuhannya. Oleh sebab itulah ALLAH menyampaikan firman-Nya secara berturut-turut di dalam Surat An-Nisa seperti yang disampaikan di atas.

Kemuliaan atau kehinaan adalah pilihan bagi kita. Kemuliaan yang dimaksud tentu saja bukan kemuliaan yang dimiliki ALLAH, melainkan kemuliaan kita sebagai hamba ALLAH. Di saat ALLAH membentangkan jalan fujur dan jalan taqwa kepada kita, maka itu juga berarti ALLAH menyediakan posisi mulia atau hina kepada kita terkait dengan pilihan jalan yang akan kita pilih tersebut.

6. Mewarnai Hidup dengan Ghodul Bashar
Hidup dalam keseharian yang senantiasa menjaga rambu-rambu yang telah digariskan oleh ALLAH dan Rasul-Nya, akan mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup kita. Seorang muslim yang senantiasa menjaga dirinya dari pandangannya akan memberikan begitu banyak manfaat kepadanya. Di saat zaman kian larut dalam kegemerlapannya, kehadiran sosok-sosok yang istiqomah dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat akan memberikan pengaruh positif kepada diri dan lingkungannya.

Orang yang selalu menjaga pandangannya maka ia hanya akan terbiasa dengan apa-apa yang menjadi haknya, tidak mau mengambil apa yang bukan haknya, sabar dalam menghadapi permasalahan, jernih dalam berpikir, cerdas dalam memutuskan, menghormati perbedaan, serta suka menyambung tali silaturrahim.

Sosok-sosok seperti inilah yang mulai langka ada di tengah-tengah masyarakat. Sosok-sosok seperti inilah yang disenangi bahkan dirindukan oleh masyarakat. Yang kehadirannya begitu membahagiakan sekitarnya, namun kealpaannya tidak mengurangi sedikitpun nilai-nilai kebaikan yang ada pada dirinya, kecuali kerinduan masyarakat terhadap nilai-nilai kebaikan yang pernah diberikannya kemudian mengakar dalam kebiasaan dan untuk kemudian bermetamorfosis menjadi budaya.

Orang yang hidup dengan memelihara keistiqomahannya dalam menjaga pandangan adalah orang yang hidup dengan semangat ruhiyah yang bersih, bahwa tiada alasan baginya untuk menolak perintah dari Sang Khaliq dan anjuran Baginda Nabi, sesedikit apa pun itu. Keyakinan yang mengakar bahwa di saat ia bersungguh-sungguh melaksanakan apa yang diperintahkan Sang Penguasa kepadanya, maka pastilah Penguasa itu akan tetap menjaganya. Ketenangan bathin ini adalah modal utama yang tidak dimiliki oleh semua manusia dalam mengarungi kehidupan dunia yang ramai akan ujian dan cobaan dari ALLAH SWT. Modal inilah yang dengan kehendak-Nya akan melahirkan ketentraman hidup bagi hamba-Nya. Karena ketentraman hidup tidak dapat dipatok dari seberapa banyak harta atau materi yang kita miliki di dunia ini, melainkan seberapa bersih dan berkualitasnya bathin-kejiwaan kita dalam menjalani kehidupan ini. Literatur mengenai hal ini sangat banyak kita jumpai dalam firman-firman ALLAH yang tertuang dalam banyak ayat pada Kitabullah.

7. Penutup
Setiap bagian dari perintah dan anjuran dalam agama Islam selayaknya kita sikapi sebagai seorang hamba terhadap Rabbnya, yakni patuh dan taat tanpa membangun opini pribadi yang cenderung dikemudikan oleh syahwat. Kepatuhan ini sesungguhnya akan memudahkan kita dalam melaksanakan apa yang menjadi kewajiban kita, sebelum nanti akhirnya akan memberikan dampak kebaikan kepada diri kita dan orang lain.

Ghodul bashar yang dimaknai sebagai menundukkan pandangan tidak akan memberikan pengaruh apa pun bila kita tidak mengikutinya dengan menundukkan hati. Mata hanya mampu memandang sejauh penglihatan, sementara hati mampu memandang dengan berfantasi untuk menembus apa-apa yang tak mampu ditembus oleh pandangan mata. Kendati demikian ketundukan hati akan sulit diraih tanpa terlebih dahulu membiasakan diri dengan menundukkan pandangan. Sehingga, ghodul bashar yang benar adalah ketertundukan pandangan yang dilapisi atau diperkuat dengan ketertundukan hati.

Ghodul Bashar, yang walaupun tidak berposisikan sebagai sesuatu yang wajib, namun memberikan pengaruh yang tidak kalah penting dibandingkan perintah-perintah yang lain. Bahkan secara manusiawi, ghodul bashar justru menjadi salah satu jalan sukses bagi kita yang ingin meraih keutamaan hidup di dunia dan di akhirat. Karena sebagai Designer sekaligus Pencipta manusia, sudah barang tentu ALLAH lebih mengetahui apa-apa yang terbaik bagi hamba-hamba yang diciptakan-Nya.
“Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui, sedangkan kita tidak mengetahui”

Wallahu a’alam bish shawab

05 Mei 2010

Maafkan aku (Bu)... Ampuni Hamba (Ya Rabb)...

Bagian 1.

Tak bisa kutahan air mata yg mendesak keluar dari sela-sela bola mataku dan tumpah di kedua telapak tanganku saat kutengadahkan telapak tangan meminta kepada-Nya dalam do’aku yang larut. Entah mengapa aku menjadi begitu cengeng terhadap diriku sendiri di hadapan-Nya, padahal yang kutangisi adalah amalan kebaikan yang mengikuti alur dan skenario-Nya. Ke-egoisankukah yang memprovokasiku untuk menangis? Atau memang benar-benar lahir dari muara kelembutan hatiku?

Niatku baikku mememenuhi permohonan Bu Rabma untuk menjadi supir kijang inova milik Bu Iviv berakhir tragis. Mobil indah tapi sederhana yang berisikan para ibu-ibu guru dan dua orang tua murid TK untuk menuju suatu kawasan outbond daerah di Bogor akhirnya harus pulang dalam keadaan yang tidak seindah saat perginya. Walau tidak parah, namun goresan ‘body’ dekat sisi kiri dalam lampu depannya sangat kontras menodai keindahan mobil yang selalu tampil “kinclong” ini.

Kulihat guratan resah Bu Iviv saat mengetahui bagian kiri depan mobilnya bersisihan dengan besi salah satu bagian gerobak sampah yg parkir di sisi kiri jalan yang sempit itu. Saat kuiikuti mobil di depan memotong gerobak itu tiba-tiba sebuah sepeda motor yang dikendarai sepasang suami isteri dan anaknya yang berada di seberang sana “menyosorkan” sepeda motor yang dikendarainya ke badan jalan yang sebenarnya tidak muat untuk dilaluinya saat mobil yang sedang kulajukan ini sedang melintasi gerobak sampah itu.

Tak pelak lagi, demi menghindari kecelakaan yang berpotensi menimbulkan korban, akhirnya secara spontan kuberi sedikit bagian jalan kepada kendaraannya yang terlihat memaksakan kehendaknya itu. Namun aku lalai. Seharusnya aku sadar bahwa di saat aku memberi jalan kepada sepeda motor itu berarti mobil yang kukendarai ini sudah terlalu “mepet” dengan gerobak sampah itu. Walau tidak gaduh, namun gerakan kepala dan bisik-bisik suara empat orang ibu-ibu yang duduk di bagian tengah dan belakang mobil itu cukup mengganggu konsentrasi dan rasa ‘confidence’ sejak awal kupertahankan di dalam mobil itu.

Dengan dibantu arahan dari Bu Iviv yang duduk di sampingku aku pun sedikit menggerakmundurkan mobil hitam miliknya itu, lalu perlahan bergerak meninggalkan gerobak itu. Beberapa kali kucoba memeriksa kualitas rasa kecewa Bu Iviv melalui raut wajah dan sinar matanya. “Yaa Robbi…sungguh aku telah menyakiti ibu muda yang sholehah ini…”, kataku dalam hati. Lalu dimulailah babak dramatisasi kekhawatiran di dalam kepalaku. Mulai dari sakit hati yang terpaksa dipendamnya, kecemasan bila kemarahan suami terpecut gara-gara hal ini saat mengetahui mobil yang dipercayakan kepadanya pulang dengan goresan sepanjang 30 senti meter. Kegalauan ini menemaniku hingga sampai ke tempat tujuan akhir, yakni di sekitar TK yang sekaligus menjadi tempat kumpul dan berangkat awal.

Begitu sampai di tempat, semua pada turun dan mencoba melihat dengan lebih jelas bekas goresan yang tertinggal di bagian depan mobil itu. Dengan langkah perlahan, aku pun mendekati mereka. Dengan tatapan penuh rasa bersalah kuperhatikan goresan yang membentuk garis sepanjang pergelangan tanganku itu. “Masya Allah…”, Cuma itu kalimat yang keluar dari mulutku sebelum akhirnya kuterdiam dalam bebisuan seribu bahasa. “Udah tidak apa-apa, Cuma dikit aja kok”, kata yang berusaha menenangkan kami semua itu keluar dari mulut Bu Iviv sambil mengayunkan langkahnya menuju pintu mobilnya. Ibu-ibu yang lain kulihat agak ‘rilex’ setelah mendengar kesimpulan si pemilik mobil itu. Walau kulihat masih ada juga wajah yang tetap gamang dengan insiden itu, Bu Rabma. Tentu saja, karena Bu Rabma lah yang merekomendasikan namaku saat suami Bu Iviv tidak mengizinkan istrinya mengendarai mobil keluarganya itu ke luar kota. Sesuai dengan syarat sang suami yang hanya mengizinkan mobil itu dibawa oleh laki-laki untuk keluar kota, maka Bu Rabma memintaku untuk bersedia mengendarai mobil tersebut setelah memastikan bahwa aku mempunyai Surat Izin Mengemudi.

Di saat Bu Iviv masuk ke dalam mobil dan hendak bergerak meninggalkan kami, kucoba dekati pintunya dan sampaikan permohonan maaf serta niat pertanggungjawabanku padanya. “Kalau ada biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki goresan itu, nanti saya akan bayar Bu”, ucapku lirih pada Bu Iviv dari luar jendela pintunya. Namun Bu Iviv kembali menjawab dengan jawaban yang sama. Sementara dua orang tua murid yang kebetulan rumahnya berada pada arah rumah yang sama dan akan pulang dengan kembali naik ke mobil bersama Bu Iviv hanya mengeluarkan senyuman hampa.

Jam tangan yang biasa kupakai di tangan sebelah kananku sudah menunjukkan pukul tiga sore saat aku dan tiga orang ibu guru yang lain memasuki halaman sekolah. 10 menit lagi akan tiba waktu sholat Ashar. Bu Ina berjalan di depanku dan mempersilahkanku istirahat di sekitar ruangan kantor guru sembari Bu Rabma dan Bu Atit yang walau tanpa berkata-kata dan pesan kutahu pergi ke warung nasi untuk mengamankan lambung yang mulai berorasi liar di dalam perut kami saat itu.

“Silahkan istirahat dulu Pak”, ucap Bu Ina mempersilahkanku duduk di salah satu kursi yang tersedia di dekat pintu masuk ruangan kantor guru. “Atau kalau mau istirahat di ruangan kelas itu juga boleh Pak”, sambung Bu Ina sambil menunjukkan ke arah salah satu pintu kelas yang ada di dekat ruangan guru.

“Gak lah bu, saya pulang aja lah”, jawabku dengan logat medan yang masih kental. Walau sudah telat waktu makan siang, tapi ingatanku pada kejadian tadi membuat rasa laparku “ludes” tergilas.

“Eeeh, jangan Pak”, jawab Bu Ina sambil berusaha menahanku agar tidak beranjak meninggalkan lokasi sekolah itu. “Makan dulu lah, itu nasinya lagi dibeli sama Bu Rabma”, sambung Bu Ina menekankanku agar tetap menunggu di situ.

“Gak usah Bu, saya makan di Rumah aja”, usahaku mencoba menolak sambil mencoba melangkahkan kakiku, walau sebenarnya di rumah tidak ada makanan yang bisa kumakan karena kakak yang biasa memasak sedang berlibur ke pulau Wakatobi. Bahkan beberapa kali aku sempat memberanikan diri berkreasi dengan mencoba memasak untuk menekan biaya pengeluaran bila selalu membeli makan di warung.

Melihat kumelangkah, Bu Ina pun bangkit mengejarku dan menghalau jalan di depanku. “Jangan lah Pak, kan nasinya udah dibeli, nanti siapa yang makan? Mubadzir lah…”, jelasnya mencoba meyakinkanku untuk tidak meninggalkan lokasi sekolah TK tempat Bu Rabma mengajar itu.

Akhirnya aku pun mengalah dan mencoba menunggu beberapa menit. Namun bayangan peristiwa buruk yang menimpa Bu Iviv dari suaminya membuat aku semakin tidak tenang. Kucoba berwudhu di kamar mandi yang terletak tidak jauh dari tempat aku duduk. Meski tidak mampu menghapus seluruh kegelisahan hatiku, setidaknya sentuhan air wudhu yang menyapu kulit dan meresap ke dalam pori-poriku mampu untuk sedikit memberikan ketenangan padaku.

bersambung...

- - - - - - - - - - ooo - - - - - - - - - -